Wahai Kaum Wanita , untuk
siapa engkau berdandan, hingga kelihatan cantik mempesona ? Semoga saja
demi itu
semua demi melakukan perintah-Nya agar engkau patuh, taat dan menyenangkan
suamimu.
Jika saja kosmetikmu, kecantikkanmu, rambut indahmu engkau rawat demi mendapatkan
pujian suami , demi menarik perhatiannya dengan sadar karena itu perintah-Nya
maka engaku sebenarnya telah banyak berbuat kebaikan, engkau telah melakukan
ibadah yang sangat menyenangkan.
Semoga kita tidak lupa,bahwa , “Sesungguhnya shalatku, hidup dan matiku
hanya untuk Alloh SWT Penguasa alam ?”
Wahai kaum suami, wahai kaum adam, wahai para pemuda untuk siapakah engkau
merapihkan kumismu, engkau cukur rambutmu, engkau perbagus pakaian dan sepatumu
? agar engkau dihormati orang lain ?
Semoga saja pula, karna demi
melakukan perintah-Nya , agar engkau mendapatkan perhatian-Nya, karena Dia
mencintai keindahan, karena dia mencintai kebersihan. Karena Dia semata, bukan
yang lain. Jika engkau memotong rambutmu, atau merapihkan kumismu karena
keindahan yang dia perintahkan, maka itulah ibadah itulah keindahan dalam
menjadi hamba-Nya.
“Innamal
a’malu binniyat” Sesungghunya sahnya amal—ibadah atau bukan—karena niatnya saat
melakukan amal atau perbuatan itu. Wujudnya bisa sama, nampaknya pekerjaan
dunia, dengan niat yang baik maka bisa menjadi perbuatan ibadah.
Dan
sebaliknya jika engkau lakukan dengan niat yang buruk, bukan diperuntukkan
melakukan perintah-Nya, bukan dalam rangka mencari ridho-Nya maka perbuatan
dalam wujud ibadah sekalipun bisa menjadi sia-sia bahkan maksiat yang
membuahkan dosa.
Jika
engkau mendermakan uangmu untuk pembangunan masjid namun dalam hatimu agar kau
disebut sebagai orang dermawan, agar dipuji orang maka itulah maksiat, itulah
yang menghapus amal ibadahmu, walaupun ujud perbuatanmu adalah ibadah.
Jangankan perbuatan ujud dunia dengan niat dunia pula maka tak ada kebaikan di
dalamnya sama sekali. Kau hanya memperoleh perhatian manusia.
Memang
sungguhnya banyak kesia-siaan yang telah kita lakukan. Banyak prbuatan ibadah
kita yang dilakukan tanpa niat yang benar. Tanpa adanya keikhlasan murni hanya
dalam rangka mendapatkan ridho-Nya maka kita telah menyia-nyiakan amal
perbuatan itu sendiri.
Kita
sering berdoa, duduk berlama-lama di atas sajadah , bahkan sampai menangis
namun tangisan yang palsu, tangisan yang salah , tangisan karena kesedihan atas
hal-hala duniawi. Tangisan karena dibenci tetangga, tangisan karena memimpikan
sorga dunia, tangisan karena memohon jabatan.
Bukan
tangisan karena sesal akan perbuatan dosa –dosa yang bertumpuk. Tangisan karena
perasaan lemah dan hina sebagai hamba yang bodoh yang sering berbuat
kesia-siaan. Apakah kita sering
meratap-ratap dalam berdoa meminta agar diberikan rizki yang banyak oleh-Nya ,
tangisan kita , ratapan kita karena kemiskinan kita, karena perasaan
disia-siakan oleh orang lain ?
Duniawi
sekalai tangisan kita bukan . Jangan kau peralat
Tuhan untuk meujudkan kesenangan nafsumu. Dunia yang sebenarnya engkau tuju
dalam ratapanmu itu. Manusia yang engkau jadikan sandaran dalam doamu itu. Kau
jadikan Tuhan agar menuruti apa yang engkau mau.
Mengapa
bukan Tuhan yang menjadi tujuanmu. Mengapa bukan Ia yang engkau jadikan tujuan
tangsimu.
Di
dalam Kitab Mukasyafatul Qulub, Imam al-Ghazali menuliskan, suatu hari Lewatlah
Musa as. Di depan seorang laki-laki, dia sedang menangis. Ketika ia pulang
laki-laki itu masih menangis. Berkatalah Musa , “Ya Tuhanku , hambamu menangis
karena takut kepada-Mu .” Alloh Swt
berfirman, “ Hai anak Imran , seandainya otaknya ikut mengalir bersama
matanya itu dan ia mengangkat kedua tangannya hingga patah , tentu Aku tidak
mengampuninya, sebab dia mencintai dunia.”
Jangan
peralat Tuhan untuk tujuan duniamu. Jangan atur Tuhan dong. Mintalah Ia agar
selalu meridhoi apa yang engkau inginkan. Carilah Ridho-Nya selalu dalam setiap
niat dan langkah-langkahmu. Jangan egois dong. Apakah engkau yakin bahwa setiap
nafsu dan keinginan-keinginanmu itu pasti baik bagimu , Tuhanlah Yang Maha Tahu
atas semua kebaikan padfa diri kita. Mintalah agar Ia selalu pada pilihan
terbaik kita. Dan Ridho-Nya atas kita
membuat kita akan dipilihkan pada sesuatu yang pasti baik, walaupun
mungkin dalam pendapat pikiran dan nafsu
kita tidak menyenangkan.
“Sesungguhnya
nafsu selalu memerintahkan pada keburukkan”
Kenalilah
kehdak-kehendak yang muncul dari diiri kita, apakah nafsu , ataukah memang dari
dalam hati yang benar yang terbersit atas ispirasi dari-Nya.
Jika
kau jauh dari Tuhan-mu maka kehendakmu lebih banyak merupakan nafsu yang
ditumpangi oleh bisikan dan nispirasi
iblis. Mengapa ? Karena Tuhan Maha Suci, hanya mencintai , menerima dan berada
pada hati yang suci pula. Air hanya akan
bercampur dengan air. Tak akan air bercampur dengan minyak. Hati yang jauh dari Tuhan tak akan bisa suci,
karena selalu akan didekati iblis yang membawa noda dan dosa dalam hati.
“Bukankah tempat yang kotor pasti
akan dihinggapi lalat. Dan bangkai
akan menjadi santapan anjing. Maka lebah bermadu itu pun hanya akan hinggap pada bunga-bunga
yang harum”.
Wallohu’alam.
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar