Jumat, 03 Oktober 2014

ORANG ZUHUD BOLEH KAYA RAYA

Oleh : Agus Maryono S Ag

Siapa bilang orang zuhud harus miskin? Orang zuhud boleh saja kaya raya.Boleh saja memiliki rumah megah dan mobil mewah. Orang zuhud boleh saja bergelimang harta benda dan zuhud sama sekali salah jika diidentikkan dengan kemiskinan.

ZUHUD sama sekali tidak terletak pada simbol-simbol duniawi. Namun zuhud adalah sikap hati atas warna-warni dan gebyar duniawi. Yakni, sikap hati untuk tidak mengidolakan dan mengagumi kemegahan dunia. Di hadapan orang zuhud, rumah megah dan kendaraan yang mewah-mewah adalah hal biasa , hal remeh dan bukanlah barang istimewa, baik dimilikinya sendiri ataupun kepunyaan orang lain. 

Orang yang Zuhud akan memandang bahwa semua itu adalah barang-barang murah jika dibandingkan dengan kemegahaan hidup di masa yang akan datang (ahirat). Kemegahan Surga-Nya adalah segala-galanya dan konsentrasinya untuk menghadap dan mengabdi kepada Sang Pencipta, tidak akan pernah terpengaruh pernak-pernik dunia ini walaupun semua itu ada disekitarnya. 

Orang zuhud boleh saja berangkat ke masjid memakai Lamborgini , asal kondisi hatinya memang bersih dan murni hanya akan mengabdi kepada-Nya. Ia menyadari dan melihat kemewahan dunia yang dimilikinya adalah amanah, titipan kecil yang harus diperjalankan sesuai kehendak-Nya. 

Namun sama sekali bukanlah orang Zuhud, kendati Ia menuju masjid memakai sepeda ontel namun dibarengi dengan sikap keluh kesah , bersedih dengan kondisinya itu. Ia bukanlah orang zuhud jika tidak sanggup mensyukuri apa yang ada ditangannya. Bahkan kendatipun makan sehari hanya satu kali, ke mana-mana berjalan kaki, namun hatinya serakah merasa selalu kurang hidupnya maka Ia adalah tergolong orang yang Tamak (serakah). 

Dan tentu saja bukan bagian dari orang Zuhud yang menuju kantornya diriingi rasa sombong dan pamer mobil mewahnya. Jadi ukuran zuhud atau tidaknya seseorang  adalah dilihat dari  kondisi hati orang tersebut. Siapa yang tahu akan kondisi hati tersebut, hanya dia dan Tuhan Yang Maha Tahu. Cibiran dan omongan orang lain sama sekali tidak mempengaruhi kualitas kezuhudan dan ketamakan seseorang. 

Zuhud adalah bagian dari kondisi hati yang diidamkan oleh setiap muslim , karna termasuk buah dari sikap Keimanan kepada Sang Khaliq. Sama dengan Sabar, tawakkal, Syukur , semuanya adalah kualitas hati yang merupakan buah dari proses perjalanan spiritual seseorang. Wallohu A'alam. ###

Tidak ada komentar: