Selasa, 07 Oktober 2014
Belajar Dari Tanaman Pot Bunga Kita
Alloh
menciptakan segala sesuatu bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
berpikir dan menggunakan akalnya sebagai karunia yang menjadikannya lebih mulai dari
makhluk lain.
Oleh karenanya kita sering diperingatkan oleh-Nya untuk menggaunakan karunia-Nya itu dengan
sebaik-baiknya.
Jika
kita
menanam bunga
di pot, tentu kita akan menemukan banyak
pelajaran darinya. Sejak menyiapkan
lahan dan potnya sendiri, akan memilih tanah yang bagus yang subur tanpa
rumput pengganggu. Pot juga dipersiapkan dengan baik , bersih dan cukup ukuran
sesuai tanaman yang akan kita tanam.
Setelah
bunga ditanam, perlu disediakan pupuk yang cukup serta membutuhkan siraman agar
tanaman tumbuh subur dan tidak layu.
Dan
yang tidak kalah pentingnya kita harus rajin menyiangi tanah dan mencabuti rumput-rumput yang biasanya akan
ikut tumbuh disamping tanaman bung.
Jika rajin menyiram dan memberi pupuk
namun tidak rajin mencabuti rumput pengganggu maka biasanya rumputnya akan
lebih subur bahkan bisa mengalahkan tanaman bunga itu sendiri.
Kalau kita mau mengambil pelajaran dari prosesi ini, maka tanah bisa kita ibaratkan sebagai hati manusia yang akan menjadi lahan untuk menanam
iman di dada kita.
Setelah benar-benar memutuskan untuk
menjadi hamba yang beriman maka yang perlu anda lakukan adalah membersihkan
dada, membersihkan diri ini
dari dosa-dosa dengan bertobat kepada-Nya.
Ini
harus dilakukan sebagai syarat awal sebagai mana tanah harus dibersihkan dulu
sebelum ditanami. Sebab kalau tidak maka kecil kemungkinan iman bisa tumbuh
dengan baik. Bisa jadi nantinya malah akan tumbuh bumerang yang akan membunuh keimanan itu sendiri, sebagaimana
rumput yang mengganggu tanaman bunga
tersebut.
Dengan
kondisi hati yang masih kotor tidak terlebih dahulu dibersihkan, air dan pukuk
ilmu pengetahuan yang disiramkan boleh jadi akan menjadi penyubur dosa dan
bahkan menimbulkan dosa-dosa baru. Iman yang ada bukannya tumbuh subur , bisa
jadi akan kalah oleh rumput-rumput dosa yang akan semakin subur yang didukung
penuh oleh nafsu yang tidak disiangi.
“Al’ilmu
fi assudur la fi assutur (ilmu itu tempatnya di dada /hati bukan di atas kertas)”,
demikian kata-kata
indah dari seorang ahli sufi yang menjadi nasehat berharga. Setiap santri
pesantren akan mengenal maqolah tersebut.
Wadahnya
ilmu adalah hati. Jika hati itu bersih maka ilmu
akan lebih mudah masuk dan ketika keluar melewati kepala dan bibir pun dalam
kondisi bersih dan enak dinikmati.
Sebaliknya
jika wadahnya kotor, maka ilmu yang masuk akan tercemar oleh wadahnya tersebut dan menjadi media yang subur
bagi nafu dan syaithon
yang suka bersarang di hati manusia yang kotor-kotor. Bukankah lebah hanya akan hinggap pada
bunga-bunga yang harum ? Dan bukankah lalat hanya akan hinggap pada
tempat-tempat yang kotor ? Mudah dikatakan memang, namun teramat sulit dilakukan.
Maka marilah kita rajin
membersihkan hati dengan amal ibadah
yang khusus untuk membersihkan hati, yakni dzikir kepada Alloh SWT.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2014
(27)
-
▼
Oktober
(14)
- CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN
- Sholat, Hidup dan Mati kita Hanya Untuk-Nya ?
- Belajar dari Alat Musik
- Bekerjalah dan Bersyukurlah
- Baru pertama Kali dlm Sejarah sy Melihat Kejadian ...
- Belajar Dari Tanaman Pot Bunga Kita
- Saya Belum Siap Ber-Thariqat ?
- NOTE About Thariqat
- CATATAN Tentang THARIQAT
- ROBITHOH dengan Guru
- Temukan Guru Mursyid , Jangan Belajar Sendiri
- DINAMIKA JADUK SANTRI
- ORANG ZUHUD BOLEH KAYA RAYA
- MAJLIS yang BERDZIKIR
-
▼
Oktober
(14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar