Jumat, 03 Oktober 2014

DINAMIKA JADUK SANTRI


By: Agus Mar

Banyak teman-teman penulis yang sewaktu belajar di Pondok pesantren sangat suka mempelajari ilmu-ilmu kesaktian dengan segala macamnya. Dalam bahasa pondok ilmu-ilmu ini biasa disebut ilmu kejadukan atau ilmu Hikmah. Yang paling rendah biasanya bagiamana bisa beladiri secara otomatis hanya dengan mengamalkan wirid tertentu. Dengan wirid tersebut nanti tiba-tiba tubuh ini bisa bergerak cepat dengan gerakan-gerakan pencak silat atau karate seperti yang dinginkan.

Terus terang saja pada awal penulis mondok di usia remaja, sangat tertarik belajar ilmu seperti ini. Dan juga telah mencobanya. Bagaimana tubuh ini seperti ada yang menggerakan sehingga terasa ringan dan berat. Ringan bergerak berat seperti berisi besi. Dan memang lebih tepat dikatakan seperti orang kerasukan.

Tapi untungnya tidak sampai terlanjur parah. Karena dilarang Pak Kiai ketika tiba-tiba beliau melihat saya dan teman-teman sedang berlatih di halaman masjid menjelang subuh. Kontan saja semua santri subuh itu dikumpulkan dan dimarahi habis-habisan. Ia melarang keras. Alasannya dengan mempelajari ilmu-ilmu semacam itu ngajinya bisa menjadi bodoh. Lagi pula kata pak Kiai, nanti pada saatnya kalau sudah menguasai ilmu agama secara matang ilmu kayak begituan bisa datang sendiri tanpa diminta.

Semenjak itu, kami tidak pernah lagi melanjutkan latihan. Santri yang kami anggap senior yang mengajari kami silat setrum itu juga menjadi jarang tidur di pondok. Maklum ia bukanlah santri mukim, namun warga sekitar pondok namun kabarnya banyak ilmu kedigjayaannya sehingga banyak santri yang terpesona ingin negmpil imu jaduknya.  Dan mungkin ikut dimarahin pak kiai sehingga ia jarang datang ke pondok setelah peristiwa tersebut.

Kami berhenti dari mempelajari ilmu tersebut karena mutlak larangan pak kiai. Dan tidak tahu sama sekali seluk beluknya apa dan bagimana bahaya ilmu hikmah bagi kami.

Seiring perjalanan waktu  yang saya lalui, kami menjadi sadar bahwa ilmu hikmah memang mengandung resiko yang besar. Baik secara kejiwaan maupun secara akhirati.

Secara kejiwaan bisa mengganggu. Pengaruh khodam yang biasanya dari bangsa mahluk jin bisa membuat fisik ini tidak kuat dan tidak jarang yang terganggu jiwanya. Makhluk tersebut biasanya tidak sekedar menempati bagian dari tubuh kita tanpa pamrih apapun. Apabila sekedar ngendon di tubuh saja sudah bisa membuat rasa malas beribadah apalagi jika sampai dia meminta macam-macam demi kebohongan ilmu yang ditawarkan.     Dan pengaruh umum orang yang menguasai ilmu ini khusunya yang tidak matang ruhaninya biasanya cenderung emosional dan pantang tersinggung. Ia juga cenderung takabur karena merasa memiliki ilmu kesaktian.

Secara akhiraty bisa mengancam kita menjadi orang yang muflish (bangkrut) besok di hari kiamat. Dia beranggapan amal-amalan wiridnya yang panjang dan banyak akan mendapatkan pahala berlimpah kelak pada hari pembalasan. Namun bisa-bisa kosong tanpa isi sedikitpun. Bukankah hanya amalan yang ikhlas tanpa pamrih yang akan diterima di sisi-Nya ?  

Apakah bisa dikatakan amalan ilmu hikmah itu ikhlas kalau dalam wiridnya berharap sesuatu ? Kalau dalam wirid dibarengi nafsu ingin sakti apakah itu bisa dikatakan ikhlas?

Bukankah kita sepakat bahwa amalan ikhlas adalah amalan yang murni hanya mengharapkan ridho Alloh dibalik amalannya ? bukan karena tetek bengek ilmu kesaktian. Bukan karena ingin diberikan rzki yang banyak. Bukan karena ingin tubuhnya tak mempan dibacok senjata tajam. Bukan karena ingin pengikut dan santrinya bertambah banyak. Bukan karena ingin dihormati dan seterusnya ?

“Ilahi Anta Maqsudi wa Ridhoka Matlubi (Ya Alloh tuhanku, Engakulah yang aku maksud dan Ridho-Mu yang aku cari ) “ demikianlah seharusnya niat di dalam hati setiap hendak beramal kebajikan.

Para pelaku dzikir yang istiqomah kerapkali mendapatkan karomah dari Alloh SWT, sehingga kadang muncul keluarbiasaan darinya. Tapi perlu diingat itu semata anugerah dan bukan karena diminta atau diniatkan mendapatkan itu dalam melakukan amal-amalannya. Justru Karena keikhlasan-nyalah yang membuat Tuhan memberikan semacam bonus kepada orang itu ketika ia membutuhkan.

Dan Karomah ini biasanya tidak untuk didemokan. Karena kapan datangnya juga sang pemilik sering-sering tidak tau.

Di balik Karomah adalah malaikat yang tidak mungkin diatur dan dipergunakan untuk pamer oleh manusia. Sementara  di balik ilmu kejadukan adalah jin yang sangat senang jika didemonstrasikan.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa tuhan kami adalah Alloh kemudian memantapkan dalam hatinya maka akan turunlah kepada mereka para malaikat. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat” (Qs. Fushilat)

Malikat akan turun kepada orang yang beramal dan berdzikir secara ikhlas. Alloh-lah yang memerintahkan kepada mereka untuk melindungi orang-orang yang ikhlas dalam beramal. 

Maka jika ada orang mengatakan berkhodamkan malaikat di balik ilmu-ilmu hikmah yang dapat dipertontonkan dan didemonstrasikan jelas bohong. Tidak mungkin malaikat dijadikan bahan mainan manusia. Dan tidak mungkin Tuhan mengirimkannya kepada orang-orang yang beramal dg tanpa disertai keikhlasan.

Orang duduk berdizkir berlama-lama mengharapkan ilmu-ilmu kekebalan atau semacamnya, itu tidak ikhlas namanya. Karena malaikat hanya akan turun pada orang-orang yang iklhas maka dalam kondisi dzikir disertai nafsu semacam itu turunlah Jin menyertai nafsunya. Jin-jin itulah yang kemuidan menjadi khodam untuk mewujudkan apa yang diingnkannya. Celakanya para ahli ilmu kejadukan atas kebodohannya dalam  hal ini beranggapan bahwa dirinya hebat dan berkhodamkan malaikat. Hmmm, dekatilah ahlul kasaf maka anda akan tau yang sebenarnya.

Maka dari itu pula, anda harus berhati-hati dengan orang orang yang mendakwakan diri dengan segala kepintarannya. Para wali dan ulama-ulama shalih biasanya tidak banyak bicara apalagi bernada sombong pamer ilmunya. Kepada para ulama shalih inilah mestinya pejalan spiritual sejati  meminta nasehat dan berharap berkahnya, bukan kepada dukun, tukang ramal walapun ia berjubah dan bergamis sekalipun.


###

Tidak ada komentar: