Minggu, 19 Oktober 2014

CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN


Dunia ini memang terasa indah saat hidup dipenuhi rasa cinta. “Dunia serasa milik berdua saja__, yang lain kontrak ?”, demikian ungkapan yang sering kita dengar untuk pasangan yang saling menyintai.

Tapi ada juga pasangan yang tidak demikian, karn mungkin cintanya bertepuk sebelah tangan. Yang satu sangat mendambakan cinta yang lain, namun yang dituju hatinya berada di lain tempat.

Cinta bertepuk sebelah tangan. Why ? Pastilah ada alsannya, mengapa seseorang tidak bisa membalas cintanya. Barangkali memang tidak ada rasa cinta, atau mungkin tidak memenuhi syarat untuk menjadi kekasihnya.

Adakah cinta manusia kita kepada Sang Khaliq , Sang Pencipta juga dikenal istilah Cinta Bertepuk Sebelah Tangan ? Jikapun ada maka pihak hamba, manusia itu sendiri yang tidak sanggup memberikan cinta Kepada-Nya. Bukan sebaliknya, mengapa ? Karna Dia adalah Maha Mengasihi.

Sang Maha Pengasih pasti akan memberikan cinta-Nya kepada orang yang dicintai-Nya. Yang jelas Dia tidak akan pilih kasih, dan pasti akan memberikan cinta-Nya yang lebih besar jika ada hamba yang benar-benar tulus menyintai-Nya. Dijamin jika sang hamba benar dalam cintanya, maka tidak akan ada cinta bertepuk sebelah tangan bersama-Nya.

Namun apakah semua orang bisa meraih perhatian dan Cinta-Nya.Jawabannya tentu tidak. Mengapa tidak setiap orang berhasil mendapatkan cinta-Nya ?

Mari kita teliti cinta kita masing-masing terhadap-Nya. Betulkah kita benar-benar mencintai-Nya ? ataukah jangan-jangan hanya sekedar lipstik sekedar ungkapan yang sebenarnya hanyalah gombal mukiyo saja.

Seorang yang menyintai pasti selalu merindukan sang kekasih. Apakah anda selalu rindu dan ingin bertemu dengan-Nya ? Apakah anda merasa senang dan ingin selalu berlama-lama saat menghadap menemui-Nya ? Kita demikiankah saat menemuinya dalam Shalat , ataukah tergesa-gesa dan ingin cepat beranjak pergi dari hadapan-Nya ?

Apakah anda bersedih , merasa galau, susah, saat hendak bangkit dari hadapan-Nya ? Ataukah justru anda merasa senang karena telah berpisah dari-Nya, ? Apakah anda juga selalau menanti-nanti saat-saat pertemuan dengan-Nya ? ataukah bermalas-malasan ketika ada panggilan adzan tiba ?

Apakah hati anda merasa nyaman, tenteram saat bertemu dengannya, ataukah gelisah dan ingin cepat-cepat pergi dari-Nya ? Apakah setiap saat anda selalu ingat kepada-Nya , selalu ingin menghubungi-Nya ?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Jawablah dengan hati anda secara jujur, dan itu menunjukan kadar cinta kita kepada-Nya dan sejauh itu pula Sang Maha Pengasih akan membalas cinta-Nya kepada kita.

Sekarang mari saya bertanya , sekiranya orang yang kita cintai menipu kita, di depan kita di hadapan orang-orang mengatakan cinta, namun sejatinya cintanya adalah gombol murni kepada kita ? Bagaimanakah kira-kira perasaan dan sikap kita setelah tau bahwa ungkapan cintanya kepada kita hanya bohongan saja ?

Dan Sanga Maha Pengasih bukankah tidak bisa ditipu dan dibohongi ? Karna Dia juga Maha Mengetahui baik yang dzhoir maupun batin. Baik yang ada di langit maupun di bumi. Maka , apakah anda masih bisa menipu-Nya , dengan rayuan gombal , dengan ratapan tangis anda di atas sajadah? Tuhan Maha Tahu dengan kadar cinta para hamba kepada-Nya.

Maka jika cinta kita gombal mukiyo kepada-Nya , wajarkah jika Dia kemudian mengabaikan dan menolak cinta kita ?

Kalau kita sering gundah ,sedih dan sulit merasakan kenikmatan khusuk saat-saat bersama-Nya dalam shalat misalnya , ini ada hubungannya dengan hubungan cinta kita kepada-Nya. Karena indah-Nya pertemuan , Syahdunya kebersamaan, hanya dapat dicapai dan dinikmati oleh pasangan yang benar-benar saling mencintai.

Kita terlalu banyak mengobral cinta gombal kepada-Nya. Katanya menginginkan cinta-Nya namun kita sendiri sering membawa kepalsuan. Kita tidak sanggup membuatnya tersenyum dan menyambut permintaan cinta-Nya . Kita sering berlari dari-Nya, saat Ia mendekati kita.

Bukankah kita tau, bahwa tidak membutuhkan sebuah perintah, tanpa adanya perintahpun orang akan dengan cekatan dan senang hati mengerjakan apa yang disukai pasangan cintanya. Dan akan sangat takut untuk mengecewakan apa yang tidak disukai pasangannya.

Maka jangan menyalahkan siapa-siapa, jika Dia acuh dan membiarkan kita dalam kesendirian ? Kita sendiri yang sering datang menemuinya dengan banyak kepalsuan , sehingga pantas untuk diabaikan. Kita sendiri yang tidak mengetahui adab untuk bisa mendapatkan cinta-Nya.

Sudah lazim , seseorang yang sedang dimabuk asmara akan selalu berpakian rapih, berbau harum dengan parfum yang mahal jika akan menemui sang kekasih. Tapi kita kadang-kadang sekena-Nya saat menemui-Nya. Badan, pakaian dan jiwa kita penuh debu namun dengan enaknya kita menghadap-Nya.

Kita tidak memberikan penghormatan yang tinggi dihadapan-Nya. Maka pantaskah kita mencari perhatian-Nya ? Layakkah dengan pakaian dan hati yang kotor kemudian datang ingin bermesraan dengan sang kekasih yang tau luar dalamnya ? Sementara dia sangat mendambakan ketulusan , keihlasan dan keharuman ?

Maka, bukankah cinta kita bertepuk sebelah tangan dengan Cinta-Nya ? Kita kadang-kadang merasa bersih. Padahal kita sebenarnya penuh noda dan kotoran dosa. Kita belum mandi , bahkan tidak mau mandi namun memaksakan diri untuk bertemu dan mendapatkan cinta-Nya. Bahkan kita sering tidak tau malu, dalam kondisi penuh kepalsuan dan kotoran jiwa , kita menghiba dengan air mata meminta sesuatu kepada-Nya.


Apakah Dia bisa ditipu dengan ratapan tangis ? Apakah Dia akan berbelas kasih dengan kesombongan dan kepalsuan yang terus dipakai , walaupun dalam doa-nya kita sering membawa-bawa nama para waliyulloh ? Jangan meremehkan mereka , jangan menjual namanya kalau anda sendiri tidak sesaui dengan kepribadian para kekasih-Nya itu.

Kalau kita masih merasa sakti , merasa bisa melakukan sesuatu, merasa senang dihormati orang banyak, merasa segala manuia bisa ditundukkan, merasa miskin dan ingin terus mendapatkan dunia yang banyak, merasa hebat, maka kita sungguh tidak tau malu membawa-bawa nama para waliyyullah di hadapan-Nya. Itu saru namnya, dan kita sungguh sudah kegeden rumangsa di hadapan-Nya.

Para wali adalah orang-orang bersih orang suci dari segala macam penyakit hati, sehingga layak mendapatkan cinta-Nya. Para wali menyatakn cinta-Nya yang tulus dan telah mebuktikan dalam kehidupan sehari-hari , maka patutlah dipilih menjadi kekasih-Nya.


Termasuk saru (tidak etis) adalah memohon kekayaaan dunia dengan membawa-bawa nama para wali yang zuhud. Mengapa anda kurang ngajar memohon jabatan dan pangkat dunia dengan meminta karomah wali yang zuhud yang benci akan hubbul jahh (mengagungkan kekuasaan) ?

Bukankah banyak kesalahan yang selama ini dilakukan dalam kita berdoa dan bermunajat kepada-Nya

“Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika engkau tidak tau”. Nah Jalan Cinta itu memang tidak mudah, maka temukanlah Perjalanan Cinta Spritual, agar semuanya menjadi indah.

Ya Alloh Tuhanku, cucilah segala macam dosa dan noda dalam diri ini agar bisa benar-benar menyintai-Mu. Ampinulah segala dosa agar kami tidak membawa noda saat menghadap kepada-MU. Amin. Wallohu A'alam.###


al-faqir : agus m

Kamis, 16 Oktober 2014

Sholat, Hidup dan Mati kita Hanya Untuk-Nya ?



Wahai Kaum Wanita , untuk siapa engkau berdandan, hingga kelihatan cantik mempesona ? Semoga saja demi itu semua demi melakukan perintah-Nya agar engkau patuh, taat dan menyenangkan suamimu.

Jika saja kosmetikmu, kecantikkanmu, rambut indahmu engkau rawat demi mendapatkan pujian suami , demi menarik perhatiannya dengan sadar karena itu perintah-Nya maka engaku sebenarnya telah banyak berbuat kebaikan, engkau telah melakukan ibadah yang sangat menyenangkan.

Semoga kita tidak lupa,bahwa , “Sesungguhnya shalatku, hidup dan matiku hanya untuk Alloh SWT Penguasa alam ?”

Wahai kaum suami, wahai kaum adam, wahai para pemuda untuk siapakah engkau merapihkan kumismu, engkau cukur rambutmu, engkau perbagus pakaian dan sepatumu ? agar engkau dihormati orang lain ?

Semoga saja pula, karna demi melakukan perintah-Nya , agar engkau mendapatkan perhatian-Nya, karena Dia mencintai keindahan, karena dia mencintai kebersihan. Karena Dia semata, bukan yang lain. Jika engkau memotong rambutmu, atau merapihkan kumismu karena keindahan yang dia perintahkan, maka itulah ibadah itulah keindahan dalam menjadi hamba-Nya.

“Innamal a’malu binniyat” Sesungghunya sahnya amal—ibadah atau bukan—karena niatnya saat melakukan amal atau perbuatan itu. Wujudnya bisa sama, nampaknya pekerjaan dunia, dengan niat yang baik maka bisa menjadi perbuatan ibadah.

Dan sebaliknya jika engkau lakukan dengan niat yang buruk, bukan diperuntukkan melakukan perintah-Nya, bukan dalam rangka mencari ridho-Nya maka perbuatan dalam wujud ibadah sekalipun bisa menjadi sia-sia bahkan maksiat yang membuahkan dosa.

Jika engkau mendermakan uangmu untuk pembangunan masjid namun dalam hatimu agar kau disebut sebagai orang dermawan, agar dipuji orang maka itulah maksiat, itulah yang menghapus amal ibadahmu, walaupun ujud perbuatanmu adalah ibadah. Jangankan perbuatan ujud dunia dengan niat dunia pula maka tak ada kebaikan di dalamnya sama sekali. Kau hanya memperoleh perhatian manusia.

Memang sungguhnya banyak kesia-siaan yang telah kita lakukan. Banyak prbuatan ibadah kita yang dilakukan tanpa niat yang benar. Tanpa adanya keikhlasan murni hanya dalam rangka mendapatkan ridho-Nya maka kita telah menyia-nyiakan amal perbuatan itu sendiri.

Kita sering berdoa, duduk berlama-lama di atas sajadah , bahkan sampai menangis namun tangisan yang palsu, tangisan yang salah , tangisan karena kesedihan atas hal-hala duniawi. Tangisan karena dibenci tetangga, tangisan karena memimpikan sorga dunia, tangisan karena memohon jabatan.

Bukan tangisan karena sesal akan perbuatan dosa –dosa yang bertumpuk. Tangisan karena perasaan lemah dan hina sebagai hamba yang bodoh yang sering berbuat kesia-siaan.  Apakah kita sering meratap-ratap dalam berdoa meminta agar diberikan rizki yang banyak oleh-Nya , tangisan kita , ratapan kita karena kemiskinan kita, karena perasaan disia-siakan oleh orang lain ?

Duniawi sekalai  tangisan kita bukan . Jangan kau peralat Tuhan untuk meujudkan kesenangan nafsumu. Dunia yang sebenarnya engkau tuju dalam ratapanmu itu. Manusia yang engkau jadikan sandaran dalam doamu itu. Kau jadikan Tuhan agar menuruti apa yang engkau mau.

Mengapa bukan Tuhan yang menjadi tujuanmu. Mengapa bukan Ia yang engkau jadikan tujuan tangsimu.

Di dalam Kitab Mukasyafatul Qulub, Imam al-Ghazali menuliskan, suatu hari Lewatlah Musa as. Di depan seorang laki-laki, dia sedang menangis. Ketika ia pulang laki-laki itu masih menangis. Berkatalah Musa , “Ya Tuhanku , hambamu menangis karena takut  kepada-Mu .” Alloh Swt berfirman, “ Hai anak Imran , seandainya otaknya ikut mengalir bersama matanya itu dan ia mengangkat kedua tangannya hingga patah , tentu Aku tidak mengampuninya, sebab dia mencintai dunia.” 

Jangan peralat Tuhan untuk tujuan duniamu.  Jangan atur Tuhan dong. Mintalah Ia agar selalu meridhoi apa yang engkau inginkan. Carilah Ridho-Nya selalu dalam setiap niat dan langkah-langkahmu. Jangan egois dong. Apakah engkau yakin bahwa setiap nafsu dan keinginan-keinginanmu itu pasti baik bagimu , Tuhanlah Yang Maha Tahu atas semua kebaikan padfa diri kita. Mintalah agar Ia selalu pada pilihan terbaik  kita. Dan Ridho-Nya atas kita membuat kita akan dipilihkan pada sesuatu yang pasti baik, walaupun mungkin  dalam pendapat pikiran dan nafsu kita tidak menyenangkan.

“Sesungguhnya nafsu selalu memerintahkan pada keburukkan”

Kenalilah kehdak-kehendak yang muncul dari diiri kita, apakah nafsu , ataukah memang dari dalam hati yang benar yang terbersit atas ispirasi dari-Nya.

Jika kau jauh dari Tuhan-mu maka kehendakmu lebih banyak merupakan nafsu yang ditumpangi oleh bisikan dan nispirasi iblis. Mengapa ? Karena Tuhan Maha Suci, hanya mencintai , menerima dan berada pada hati  yang suci pula. Air hanya akan bercampur dengan air. Tak akan air bercampur dengan minyak.  Hati yang jauh dari Tuhan tak akan bisa suci, karena selalu akan didekati iblis yang membawa noda dan dosa dalam hati.

Bukankah tempat yang kotor pasti akan dihinggapi lalat. Dan bangkai akan menjadi santapan anjing.  Maka  lebah bermadu itu pun hanya akan hinggap pada bunga-bunga yang harum”.

Wallohu’alam. ###

Rabu, 15 Oktober 2014

Belajar dari Alat Musik

foto: ilustrasi

Setiap kali selesai sholat kita sering berdoa, “Rabbana fighrlana wa liikhwanina alladzi sabaquwna bil iman wala taj’al fi qulubina ghilla lilladzyna amanu rabbana innaka roufurrokhim” (Ya Tuhan kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dulu beriman dan janganlah jadikan di hati kami penghalang dengan orang-orang beriman, Tuhan kami sesungguhnya Engkau adalah Maha Berbelas Kasih).

Jangan jauhkan hati kami penghalang dengan mereka yang beriman. Itulah doa yang amat penting dan perlu kita perhatikan secara seksama , terutama melihat perkembangan budaya hidup banyak orang pada zaman sekarang ini.

Ayat tersebut menegaskan kepada kita betapa pentingnya berdekatan dengan orang shalih. Dengan mereka yang hatinya tercerahkan oleh cahaya keimanan. Karena hanya dengan perantara merekalah kita bisa ikut merasakan manisnya iman. Bersama merekalah kita berharap mendapatkan sinar keimanan. Dan hanya dengan bergaul bersama orang-orang mu’minlah kita bisa menjadi orang yang beriman.

Perumpamaan berikut semoga bisa membantu anda memahami ayat tersebut. Ketika anda membeli alat musik baru, misalnya gitar pada awalnya nada-nadanya masih sumbang karna nadanya belum distel. Untuk menjadi sebuah gitar dengan notasi nada yang semestnya diperlukan diperlukan gitar atau alat musik lain yang sudah memiliki notasi sempurna. Hal itu perlu untuk penyelarasan nada gitar baru agar sesuai dengan gitar yang sudah sempurna.

Tanpa alat musik lain, atau gitar lain yang sudah memiliki aturan notasi benar, tidak bisa dan tidak mungkin gitar baru itu distel dengan nada-nada yang benar sesuai notasi nada baku.

Nah, begitulah pelajarannya, kita sebagai manusia yang bodoh memerlukan figure orang lain yang sudah baik untuk kita dapatkan menselaraskan diri kepadanya.

Saya kira anda akan sangat sepakat juga, bahwa itulah alasan mengapa anda berlomba mencari sekolahan yang bagus . Mengapa anda perlu kuliah di perguruan tinggi faforit, karena anda memerlukan para dosen yang berkualitas untuk mentransfer pengetahuannya kepada anda, sama seperti dibutuhkannya gitar yang sudah jadi tadi atas gitar baru.

Begitulah untuk urusan ke-Imanan. Anda juga perlu mencari orang shalih untuk anda dekati, untuk anda sowani setiap saat secara inten agar cahaya keimanannya memancar dari dadanya kepada anda. Sehingga pada saatnya keimanan anda pun akan selaras dengan nada sang guru.

Jangan anda mengannggap bahwa untuk mendapatkan hati yang kuat dalam Tauhid bisa diselesaikan dengan hanya membaca buku tanpa sosok guru yang membimbing anda.

Tumpukan buku yang anda baca hanyalah faktor pendukung, sebagai referensi tambahan untuk memperkaya dan meningkatkan daya kreatifitas atas pondasi pengetahuan dan iman yang kita dapatkan dari sang guru.

Tapi, Sungguh benar sinyalemen al-Quran , ternyata sangatlah sedikit orang-orang yang mampu menggunakan akalnya. Makanya AL-Quran sering mengkritik kita dengan pertanyaan, Afala ta’qilun, apakah kamu tidak menggunakan akalnya, afala tatafakkarun, apakah kamu tidak berpikir ?

Karena memang harus jujur diakui dan menjadi keprihatinan tersendiri, betapa orang banyak berbuat tidak adil untuk dirinya sendiri. Betapa urusan iman, urusan agama sering dipandang remeh. Sehingga dalam hal mempelajarinya seolah tidak perlu dipikirkan secara serius untuk mencari sosok guru dalam menggapainya.

Coba bandingkan dengan ketika kita memikirkan karir-karir duniawi, karir akademik hingga karir politik. Bukankah anda akan akan berlomba untuk menemukan top-top figure di bidang itu, demi kesuksesan visi dan misi kita ? .

Faktanya, berapa banyak orang-orang zaman sekarang yang mau mendekati ulama yang mau bersilaturrakhim dengan kyai untuk urusan kesuksesan dan karir keimanan ? Bukankah tidak terlalu banyak ? Bahkan bisa saya katakan sangat sedikit. Yang banyak jutsru mendekati Kyai untuk urusan duniawi, urusan utang termasuk urusan restu politik. Celakanya lagi, sang kyai tidak jarang juga ikut “mbuboni” menjadi “penasehat” dan menjadi “dukun” untuk kesuksesan tujuan sang pasien.

Yang datang ke hadapan kyai murni untuk memperbaiki ke-imannya, zaman sekarang mungkin lebih sedikit ketimbang tujuan dan hajat-hajat lain yang bersifat duniawi. Sudah lazim kyai-kyai banyak dimanfaatkan seperti pakar ekonomi, dimintai petuah dan mantranya untuk menyuskseskan bisnisnya. Kyai juga sering dijadikan pakar politik. Kyai bahkan kerap difungsikan menjadi suhu kesaktian.

Dan asiknya lagi , kadang-kadang sang kyai mau juga dimanfaatkan seperti itu. Sang pewaris mestinya tidak akan jauh-jauh dari yang memberikan warisan. Apakah yang Nabi wariskan kepada ulama ? Untuk apakah Nabi diutus ditengah manusia ?

“Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia” (al-Hadits). Akhlak seperti apakah ? Akhlak yang serakah dengan kekuasaan ? yang selalu rakus dengan jabatan ? yang selelau ingin menjadi nomor satu ? yang ingin selalu berkuasa dan tidak mau kalah ?

Kearifan akhlak seseorang akan sangat tergantung dari kondisi keimanan yang bersarang di dadanya. Iman akan memancar dengan sempurna dari dada manusia kalau di dalamnya bersih dari segala macam kotoran dan penyakit. Kepada guru-guru yang tercerahkan itulah, kita harus mau duduk bersimpuh di hadapannya untuk menselaraskan nada-nada keimanan kita yang masih sumbang dengan keimanan mereka. Maka inilah salah satu cara menuju dan menemukan jalan-jalan keimanan. Wallohu 'A'alam.  ###

Minggu, 12 Oktober 2014

Bekerjalah dan Bersyukurlah



Saya mempunyai kawan yang bersemangat sekali ketika membicarakan soal pekerjaan. Setiap kali bertemu selalu mengajak diskusi perihal pekerjaan yang menguntungkan. Dalam pandangannya dirinya selalu merasa kurang beruntung . Ia dan istri masih menumpang di rumah mertua. Oleh karenanya hal itu dirasa sebagai sebuah kondisi yang kurang menguntungkan.

Pekerjaannya sebagai tenaga guru honorer dirasa kurang untuk membiayai hidupnya. Dan untuk itu ia selalu berpikir mencari pekerjaan sampingan, mengumpulkan uang yang banyak agar kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi dengan baik.

Saya merasa ada ketidakseimbangan yang terjadi pada kawan saya itu. Sangat sedikit bahkan nyaris tidak pernah tergambar dari dialog-dialognya perasaan bersyukur atas karunia Tuhan yang telah diterimanya. Yang diceritakan selalu soal kekurangan, soal ketidakberuntungan. Seolah tidak ada memiliki sesuatu yang membahagiakan dalam hidupnya selama ini.

Pasti sebagai seorang santri karena bersama-sama kuliah di IAIN dan juga bareng sekamar di pondok pesantren tahu persis ayat, “Lainsakartum laziidannakum walainkafartum inna ‘adzabi lasyadid” (jika kamu bersukur maka akan Aku tambah nikmat-Ku dan dan jika kamu kufur maka azdab-Ku amatlah pedih).

Bukankah kesehatan tubuhnya merupakan nikmat dari Tuhan yang jika diukur dengan rupiah tentu tidak akan terbayarkan ? Karena jika orang terkena stroke, gagal ginjal misalnya, pastilah harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah ?

Menurutku Ia memiliki istri yang patut disyukuri,selain cantik Ia terlihat nerimo dengan keadaan, bukankah satu sisi ini adalah hal besar yang patut disyukuri? Karena banyak istri yang setiap hari ngomel-ngomel terhadap suaminya perihal penghasilan yang kurang?

Bukankah anaknya yang ceria juga nikmat yang sangat besar ? karena saya punya tetangga yang anaknya terkena penyakit parah yang mengharuskan setiap minggunya darahnya dicuci. Dan sekali cuci darah biayanya sekitar 600 ribu rupiah. Bukankah masih banyak teman yang belum sempat menikmati indahnya hidup bersama istri karena belum juga menikah.

Bukankah patut bersyukur pula karena banyak juga pasangan suami-istri yang belum dikarunia anak. Dan seterusnya, jika mau menghitung-hitung nikmat-Nya nisacaya tidak akan sanggup walaupun harus menghabiskan tinta sebanyak lautan dan pena sebanyak pohon yang tumbuh di bumi. Itulah kata Nabi kita tercinta. Dan menjadi bukti atas Firman-Nya, bahwa memang sangat sedikit orang yang mampu bersyukur.

Dan oleh karenanya kebanyak manusia mengingat-ingat kesedihannya. Kekurangannya yang dikedepankan, sementara hal-hal baik, nikmat-Nya sering sekali dilupakan.

Untung saja, Alloh SWT memiliki sifat Maha Penyabar (As-Sobur), sehingga tetap sabar menunggu waktu saat pengadilan akhirat datang. Dan dibiarkannya mereka yang melupakan nikmat-nikmat-Nya hidup memakan dan meminum air ciptaan-Nya.

Kalau saja anda seorang bapak atau ibu mempunyai anak, tentu sudah tak terhitung berapa jumlah uang yang telah dikeluarkan untuk merawat dan membesarkannya sejak dari dalam kandungan hingga lahir dan dewasa. Berapa pula besar pengorbanan tenaga dan pikiran untuk memenuhi segala permintaannya.

Misalkan saja, suatu ketika anak anda meminta barang yang tidak bisa terpenuhi karena suatu alasan. Kemudian anak anda ngomel-ngomel bahwa orang tuanya tidak lagi sayang kepadanya. Bapak ibunya dikatakan sebagai tidak mencintainya lagi. Ia kemudian menceritakan hal-hal buruk, hal-hal kesedihan semacam itu tidak saja kepada anda tapi juga kepada orang lain. Kira-kira seperti apakah perasaan anda. Sedih dan marah bukan ?

Coba, kalau Tuhan seperti watak kita , kalau kita diusir dari atas bumi mau kemanakah kita tinggal ? Adakah tempat lain untuk kita lari. Atau coba bayangkan kalau kemudian kita dilarang memakan makananya atau meminum airnya lantaran tidak pernah berterima kasih kepada yang menciptakan. Bisakah anda membuat air ? Bisakah anda menamam ubi dari tanah yang lain ?

Maka, sudahlah, masih lebih baik jika kita memperbanyak bersyukur diri atas nikmat-nikmat-Nya. Jika mau jujur, anak itu jauh lebih mahal dibandingkan mobil mewah bukan ? Maka buktikanlah apakah anak anda mau ditukar dengan mobil mewah ? Saya rasa orang tua yang waras tidak akan mau melakukan itu. Dan ini artinya anak merupakan suatu nikmat yang tidak terukur nilainya jika anda selalu memikirkan rizki berupa uang. ###

Rabu, 08 Oktober 2014

Baru pertama Kali dlm Sejarah sy Melihat Kejadian Seperti ini

Yang ada di Video 4 menit ini Betul-betul KHORIQUL 'ADAH.
Jika Bukan Tangan Tuhan Yang Maha Perkasa, sepertinya mustahil bisa terjadi.

Kasih Sayang ALLOH SWT itu tiada batasnya. Dialah Sang Maha Rahman dan Rahim.







Selasa, 07 Oktober 2014

Belajar Dari Tanaman Pot Bunga Kita

By : agus maryono 

 Alloh menciptakan segala sesuatu bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berpikir dan menggunakan akalnya sebagai karunia yang menjadikannya lebih mulai dari makhluk lain. Oleh karenanya kita sering diperingatkan oleh-Nya untuk menggaunakan karunia-Nya itu dengan sebaik-baiknya.

 Jika kita menanam bunga di pot, tentu  kita akan menemukan banyak pelajaran darinya. Sejak  menyiapkan lahan dan potnya sendiri,  akan memilih tanah yang bagus yang subur tanpa rumput pengganggu. Pot juga dipersiapkan dengan baik , bersih dan cukup ukuran sesuai tanaman yang  akan kita tanam.
 

Setelah bunga ditanam, perlu disediakan pupuk yang cukup serta membutuhkan siraman agar tanaman tumbuh subur dan tidak layu. 

Dan yang tidak kalah pentingnya kita  harus rajin menyiangi tanah dan  mencabuti rumput-rumput yang biasanya akan ikut tumbuh disamping tanaman bung. Jika  rajin menyiram dan memberi pupuk namun tidak rajin mencabuti rumput pengganggu maka biasanya rumputnya akan lebih subur bahkan bisa  mengalahkan tanaman bunga itu sendiri.
 

Kalau kita mau mengambil pelajaran dari prosesi ini, maka tanah bisa kita ibaratkan sebagai hati  manusia yang akan menjadi lahan untuk menanam iman di dada kita. Setelah  benar-benar memutuskan untuk menjadi hamba yang beriman maka yang perlu anda lakukan adalah membersihkan dada, membersihkan diri ini dari dosa-dosa dengan bertobat kepada-Nya. 

Ini harus dilakukan sebagai syarat awal sebagai mana tanah harus dibersihkan dulu sebelum ditanami. Sebab kalau tidak maka kecil kemungkinan iman bisa tumbuh dengan baik. Bisa jadi nantinya malah  akan tumbuh bumerang  yang akan membunuh keimanan itu sendiri, sebagaimana rumput yang  mengganggu tanaman bunga tersebut.
 

Dengan kondisi hati yang masih kotor tidak terlebih dahulu dibersihkan, air dan pukuk ilmu pengetahuan yang disiramkan boleh jadi akan menjadi penyubur dosa dan bahkan menimbulkan dosa-dosa baru. Iman yang ada bukannya tumbuh subur , bisa jadi akan kalah oleh rumput-rumput dosa yang akan semakin subur yang didukung penuh oleh nafsu yang tidak disiangi. 

“Al’ilmu fi assudur la fi assutur (ilmu itu tempatnya di dada /hati bukan di atas kertas)”, demikian kata-kata indah dari seorang ahli sufi  yang menjadi nasehat berharga. Setiap santri pesantren akan mengenal maqolah tersebut.
 

Wadahnya ilmu adalah hati. Jika hati itu bersih maka ilmu akan lebih mudah masuk dan ketika keluar melewati kepala dan bibir pun dalam kondisi bersih dan enak dinikmati.
 

Sebaliknya jika wadahnya kotor, maka ilmu yang masuk akan tercemar oleh wadahnya tersebut dan menjadi media yang subur bagi nafu dan syaithon yang suka bersarang di hati manusia yang kotor-kotor.  Bukankah lebah hanya akan hinggap pada bunga-bunga yang harum ? Dan bukankah lalat hanya akan hinggap pada tempat-tempat yang kotor ? Mudah dikatakan memang, namun teramat sulit dilakukan. 
 

Maka marilah kita rajin membersihkan hati  dengan amal ibadah yang khusus untuk membersihkan hati, yakni dzikir kepada Alloh SWT.
 

Bukankah iblis takut pada hati yang digunakan untuk berdzikir kepadanya ?


“Dan hanya dengan dzikir kepada Alloh-lah hati akan menjadi tenang” Mengapa karna hati akan selalu dekat dengan Yang Maha Pengasih dan akan dijauhi oleh  rongrongan syaithon. Wallohu ‘alam. ###
======

Senin, 06 Oktober 2014

Saya Belum Siap Ber-Thariqat ?

Kebanyakan orang yang saya ajak untuk menempuh jalan spiritual mengungkapkan berbagai alasan senada sebagai isyarat penolakan.”Saya belum siap. Saya masih muda, saya masih kotor masih banyak dosa. Saya terlalu repot dengan urusan pekerjaan, urusan kantor,” begitu rata-rata alasan mereka. Rasa takut untuk tidak bisa mengamalkan wirid  juga menjadi  alasan.


Kepada yang masih muda saya sering mengatakan, sepertinya dia tau kalau jatah umurnya sampai tua sehingga merasa perlu menunggu sampai tua untuk  bertaubat kepada Alloh SWT. Padahal kita semua tau bahwa umur sudah ditetapkan dan kita semua tidak tau kapan kontrak hidup kita di dunia akan berakhir. Umur sewaktu-waktu bisa datang menjemput tanpa kompromi dan tanpa ada alasan apapun yang bisa menghalanginya.

Masihkah anda menunggu tua untuk bisa bertaubat, apakah anda yakin kalau umur anda sampai 60, 70 atau lebih dari itu ? Apakah perbuatan dosa di usia muda tidak akan dimintai tanggung jawab oleh Sang Pencipta kelak ?

“Bersegeralah kamu menuju pengampunan Tuhanmu”

Anda sudah harus mempertagungjawabkan semua perbuatan di hadapan-Nya sejak akil  baligh, rata-rata mulai umur 15 tahun  untuk laki-laki dan 9 tahun untuk perempuan.

Kepada yang mengatakan khawatir tidak sanggup mengamalkan wirid, saya katakan kepadanya, mengapa tidak khawatir mengapa tidak takut ketika hendak mempersunting wanita, ketika hendak berumah tangga. Padahal kalau dihitung tanggung jawab terhadap istri , anak-anak dan keluarga jauh lebih berat baik lahir maupun batin, dunia dan akhiratnya ketimbang menjaga amalan wirid ini.

Mengapa tidak ada kekhawatiran saat hendak menikah ? Karena saat itu yang ia bayangkan adalah kehidupan manis dibalik pernikahan. Mau menikmati sorga dunia yang selama ini diimpikan. Mau hidup serumah bersama orang yang dicintai dan apapun akan dilakukan demi keinginan yang dicintainya itu. Bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kalau perlu lembur siang malam demi mewujudkan tanggung jawabnya.

Adakah pengantin baru yang sempat berpikir kesulitan dibalik pernikahan, adakah yang ragu-ragu yang maju mundur karena takut tidak bisa menjaga istrinya?

Semua pengantin baru akan berpikir kebahagiaan, kenikmatan dan kemudahan dibalik akad nikahnya. Sehingga segala kesulitan dan tanggung jawab akan terlupakan, dan akan bisa dilakukan dengan ringan karena rasa cintanya yang besar.

Mengapa sedikit orang yang bisa berpikir semacam ini ketika hendak mengikatkan diri menjadi murid spiritual, yang tugas dan tanggung jawabnya tidak serumit dan sebesar ikatan pernikahan? Mengapa ketika hendak memasuki dunia spiritual yang tergambar di wajahnya semuanya hal yang menyulitkan, yang mengkhawatirkan yang manakutkan. Mengapa bukan “Ajran ‘adziima” (ganjaran yang agung) , sorga , dan kenikmatan  yang dia rasakan seperti ketika hendak menikah?

“Sesungguhnya nafsu selalu mengajak kepada keburukan”

Terhadap mereka yang  sibuk, banyak urusan kantor, sering di perjalanan dan merasa  tidak ada waktu untuk berdzikir bersama.Astaghfirullohal ‘adzim. Apa mereka pikir kesibukan dunianya itu lebih utama ketimbang aktifitas akhirati. Apa mereka pikir yang namanya hal penting hanya urusan kantornya, yang lainnya dianggap tidak penting, lalu agama mereka anggap tidak penting ?

“Ingatlah , waktu yang kita habiskan akan dimintai pertangungjawaban. Apakah habis untuk dunia ? Inikah yang dibangga-banggakan ? Astaghfirulloh.

Betapa banyak orang katakutan luar bisa mengikuti kegiatan spiritual akan menganggu urusan kerjanya. Mereka takut kalau-kalau nanti urusan kerjanya terganggu oleh urusan agama.   

Mengapa anda seperti orang yang sedang mabok ? Apakah memang betul anda sedang dimabok cinta ? Cinta terhadap sesuatu yang fana  sehingga lupa terhadap keabadian. Yang utama dianggap remeh dan yang remeh dianggap mulia, sehingga anda perjuangkan dengan penuh pengorbanan? Bukankah akhirat lebih layak anda perjuangkan mati-matian?

Tidakkah  berpikir sebaliknya. “Ah, nggak ah saya tidak mau akhiratku terganggu  hanya karena urusan bisnis. Nggak ah, saya tidak mau mengorbankan agama hanya karena perintah bos yang ngawur. Nggak ah, akhiratku lebih utama ketimbang urusan sepele seperti ini”.

Ini bukanlah soal dikotomi dunia akhirat. Akhirat adalah tempat panen dan dunia adalah sawah ladangnya. Dunia mestinya menjadi ladang subur akhirat pada setiap aktifitasnya.

Anda boleh saja membantah dan membela diri dengan “urusan kerja kan bisa jadi urusan akhirat”, . Jawabannya ya. Itulah seharusnya. Tapi apakah anda meniatkan pekerjaan anda untuk akhirat ? Karena itulah sarat awalnya. Benarkah untuk bekal ibadah ? Kalau iya mengapa anda meninggalkan ibadah saat anda bekerja ? . Berhati-hati di sini akan ada pihak ke tiga yang mencuri hati dan pikiran anda.

Tempatkanlah Dunia setelah Akhirat:

“Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannya Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir”, (An-Nahl:107)

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Alloh, dan mereka itulah orang-orang yang lalai (An-Nahl: 108).


“Ya Alloh , tempatkanlah kami dalam golongan orang-orang yang shalih yang taat kepada-Mu”. Selamatkanlah dunia dan akhirat kami. Amin. Wallohu A’lam. ###

Minggu, 05 Oktober 2014

NOTE About Thariqat

By: Agus Maryono S Ag


Taqorrub Ilalloh (closer to sharp) is a phrase that is often delivered by preachers    or missionaries the opportunity talk religion.Proximity myself a slave to a sharp between fruit in the conduct of worship to Him. With personal closeness with Sang-Khaliq showed the existence of a Muslim   in front of him and loved diakuai.Confession, Keridhoan and Love Being Creator to His creatures sang acquire a variety of awards, prizes, bonuses and other amenities in life that sometimes never imagined by her makhluq.

If we menyintai one might   a lover, child, or parent is not impossible or strange that all of a sudden we want to give a surprise or shock by providing goods that he loved.

Similarly sharp SWT Most Tau with anything hidden in the hearts of His servants with His Power is infinite power to give it a dream or even absolutely no terbersitkan by His servant's heart. It was probably  about an event that will make it happy making will grace stunned amazement.

With His Love that is the Merciful and Rahim   will always menununtun and protect slaves terkasihnya to always on the right path and freed from the disaster-benacana the   membahyakannya.
Therefore be reasonable if Taqorrub IlALLoh often echoed by the preachers to be pursued and achieved by humans. 

The question is whether easy as that why? It was not always easy, sometimes too hard. Difficult for us to be able to achieve closeness bersmaNya. Only people who get a gift that could reach a position close to the Lord of the Izzah.

Adjacent yourself with   Allah is extremely difficult if we do not know the procedures. Let alone with the Creator, which requires cleaning the outside in, Ikhlas total, all devoted worship directed toward him.To be able to approach the boss at the office, not everyone can, but the boss could be deceived by the term origin boss happy (ABS). But do not   hope you can fool God with   dressed   clerics, ostensibly polite to the poor, with a   turban and robes are fragrant and long, with a black forehead, with stylish Kiai?

No, not that easy. Although tens or even hundreds of millions that you donate to the mosque, but because of the praise of men that you go, it    is not proximity to Khaliq achieved, but even more far is from God even though you may be approached many humans.
Required knowledge and special counselor so that you can   be a person who can get to Allah ( wushul ). 

IKHLAS HATI

Ikhlas one of them. One word lightly spoken, but very hard to be realized, is one of the signs of the many manners of someone who has come to the presence of Allah SWT. Sincere heart is not the practice of oral practice. Although oral thousand times we say Ikhlas in any other provision or practice but at heart, it is not sincere name.God is Aware of what is hidden in the hearts of His servants.

Or maybe   it is true that we gladly give anything but the aim is not Ridho Allah, but may bless the crowds, this is not sincere, it will destroy his name riya and Mesia waste our future practice. 
Riya is a liver disease that destroys and   distanced servant of the Lord.
The human heart can be Iklhas, free of riya, if the heart was clean of stains. For business keberseihan this heart, and how to manage it all taught in Science Thariqat.

Tariqat is one of the special science among primary goal is to determine the nature of human selfhood spiritual and physical.Empowering human fit from the sky nature (spirit) and earth (the bodies). With elements of the sky that has empowered and well managed make man   will be aware of spiritual light and its properties as well as to the ins and outs of   the heart, strength   and weaknesses, including their diseases.
By knowing the kinds of liver diseases are lodged in the body then seeks to treat and prevent this is part of science lessons in various individuals. Science that will deliver you to the presence of the Divine.
By knowing your potential and weaknesses of both physical and spiritual excellences then purify the two elements that will deliver you to the closeness to the Creator himself.

As we know ourselves consists of two elements dhahiry (physical) and batiny (spirit) the worship of Him shall consist of two rules that worship the spiritual birth and spiritual worship. 

The first set in-law and Shari'a law as to what prayer bagimana syar'i true, full invalidity, harmonious-rukunnya and cancel. It was all set in Shari'a law jurisprudence. But if the prayer is finished and just leave it at that, no. Prayer must be accompanied kehadran perfectly liver (preoccupied). With the presence of the heart that prayer can cause what is called tanha    'anil munkar fahsa wal '.Requires a lot of careful requirements can participate in deep prayer.

Now, how that requirement was fulfilled, how to achieve it is not easy anyway. Hearts must be completely clean of all kinds of stains and diseases to be solemnly attend and meet with Khaliq.

Science is mempelejari ahwal heart condition and how to clean and menterapinya to be a clean heart become healthy liver into the hearts of survivors (qolbun Salim) inil studied systematically in various individuals.  

Knowledge   which invites Muslims worship perfection not only in the level but also haqiqaty syariaty. Knowledge that invites us not only understand ourselves by birth but also spiritually. With the perfection of yourself both physically as well as   spiritually that is what will bring   us close to the Creator.

How to get close to Allah Ta'ala way, it is not easy there should be no teacher mentor murshid. To be able to pray in lahiry just need the teachers and especially   to be able to pray in haqiqy indispensable guide. Technically the  ilku twists   and bagimana a trip should be taken in science This Order, which is the science of how to achieve closeness to Allah Ta'ala.

Then there is no other way for anyone   who wants to make his worship   the maximum physically and spiritually but must be willing to learn the tekhnisnya Mysticism Science, Science practice taught by various individuals. Without it seems difficult to achieve the quality of real worship.

Saw Rasululloh Therefore, once reminded his companions, many people are praying and fasting, but only to get fatigue and thirst alone. Why? negligent because their hearts in prayer, their hearts not only to fast belly   are fasting.

The high priest cleric leading experts Mysticism ie, Sheikh Abil Hasan as-Syadzily    even said, anyone who is not steeped in mysticism berkecipung and it is feared will bring great sin was dead he was not aware of it.

Birth and immoral vices Batin

As worship is no worship of birth and the inner worship   sin too. Sin is not only carried out by members of the body, but it   has also been conducted by the liver or the so-called inner immoral, such as Kufr favors, like bersu'udhon or prejudice either to humans or to God or even to yourself. Greedy, riya, ujub proud of oneself, arrogant is immoral forms of mental rest.

With the Tariqat mysticism taught bagimana can worship and bagimana liver cleanse and prevent it from all kinds of sin and disease. Mysticism is like a recipe, and the theory is a step redeem tariqat drugs and drink.
And how people who have never entered this area? If able to reach it with his own way, then go ahead. However, despite the possible qualified syariaty no warranties   heart clean of any blemishes and sins. In fact there is a huge potential for becoming a proud one for people who have a lot of good fortune and wealth wealthy pegetahuan science, the science of religion though. So, looking quencher is a very important thing.

Then how the stages to savor tariqat science? The answer is,Discover the Guru Murshid (discover the guru murshid) , look at where he was. Is not just to treat leaky heart to many overseas? Why not find a doctor to spiritual healers are much more important? And do not kwatir in Indonesia many Murshid Tariqat highly qualified in their field. 

For reference, in Central Java, some of which Habib Lutfhi in Pekalongan (Mursyid Thariqat Syadziliyah), KH. Abu Hamid (Mursyid Syadziliyah) Nanny Pon.Pes. Al-Ikhsan, Beji subdistrict Kedungbanteng, Banyumas. Then KH. Sharif Nurkholis, Pon.Pes Karangwangkal North Purwokerto, Banyumas (Mursyid TQN).Indeed, the author met and the opportunity to become his disciple, he is. Allohummarhamhum. 

There are many more, hopefully the writing will come to the Murshid author mentioned that there are in the country. Greetings. 

Masihkan you are free to pursue a spiritual path? Wallohu A'alam. ###
Allohummahdina Shiraathal Mustaqiem "

Translate by google from the native text: Catatan Tentang Thariqat

CATATAN Tentang THARIQAT

Oleh: Agus Maryono S Ag


Taqorrub Ilalloh (Mendekatkan diri kepada ALLOH) adalah satu kalimat yang sering disampaikan oleh para da’I atau mubaligh dalam kesempatan ceramah agama Islam. Kedekatan diri seorang hamba kepada Alloh merupakan di antara buah dalam menjalankan Ibadah kepada-Nya. Dengan kedekatan diri dengan Sang-Khaliq menunjukan eksistensi seorang muslim di-hadapan-Nya diakuai dan dicintai . Pengakuan , Keridhoan dan Kecintaan Khaliq kepada Mahkluk-Nya menjadikan sang mahluk memperoleh bermacam Anugerah , hadiah, bonus serta kemudahan lain dalam hidup ini yang terkadang tidak pernah terpikirkan oleh sang makhluq.

              


Jika kita menyintai seseorang mungkin kekasih, anak, atau orang tua bukan hal yang mustahil atau aneh kalau tiba-tiba kita ingin memberikan suatu surprise atau kejutan dengan memberikan barang yang ia cintai.

Begitu juga Alloh SWT Yang Maha Tau yang dengan apa-apa yang tersembunyi di dalam kalbu hamba-Nya dengan Kekuasaan-Nya yang tak terbatas sangat berkuasa untuk memberikan hal yang diimpikan atau bahkan sama sekali belum terbersitkan oleh hati hamba-Nya itu. Hal itu mungkin tentang suatu kejadian yang akan membuatnya bahagia yang membuatnya terpana takjub akan karuniaNya.

Dengan Cinta-Nya itu pula Yang Maha Rahman dan Rahim akan selalu menununtun dan melindungi hamba-hamba terkasihnya agar selalu di jalan yang benar dan membebaskannya dari bencana-benacana yang membahyakannya.

Oleh karena itulah menjadi wajar kalau Taqorrub IlALLoh sering didengungkan oleh para mubaligh agar diupayakan dan dicapai oleh manusia.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah semudah itukah ? Ternyata tidak selamanya mudah, terkadang terlalu sulit. Sulit kita untuk bisa meraih kedekatan bersmaNya. Hanya manusia yang mendapatkan anugerah saja yang bisa mencapai posisi dekat kepada Rabbul ‘Izzah.

Berdekatan diri dengan Alloh adalah hal yang teramat sulit kalau kita tidak tau tata caranya. Jangankan dengan Sang Pencipta yang mensyaratkan kebersihan luar dalam ,Ikhlas total , semua peribadatan yang ditujukan kepadaa-Nya. Untuk bisa mendekati boss dikantor saja tidak semua orang bisa, padahal sang boss bisa saja dikelabuhi dengan istilah asal boss senang (ABS). Tapi jangan harap anda bisa menipu Tuhan dengan berpenampilan ulama, pura-pura santun kepada fakir miskin, dengan sorban dan jubah yang harum dan panjang, dengan jidat hitam , dengan bergaya Kiai ?

Tidak, tidak segampang itu. Walaupun puluhan bahkan ratusan juta yang anda sumbangkan untuk masjid, namun karena pujian manusia yang anda tuju , maka bukan kedekatan dengan Sang Khaliq yang diraih, tapi justru semakin jauhlah dari Tuhan walaupun mungkin anda banyak didekati manusia.

Diperlukan ilmu dan pembimbing khusus agar anda bisa menjadi seorang yang bisa sampai kepada Alloh (wushul).

IKHLAS HATI

Ikhlas salah satunya. Satu kata yang ringan diucapkan namun sangat berat untuk diwujudkan, adalah salah satu tanda dari sekian banyak adab dari seseorang yang telah sampai kepada kehadirat Alloh SWT. Ikhlas adalah amalan hati bukan amalan lisan. Walaupun seribu kali lisan kita mengatakan Ikhlas dalam setiap pemberian atau amalan namun lain di hati, maka bukan ikhlas namanya. Tuhan Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di hati hamba-hamba-Nya.

Atau mungkin benar bahwa dengan senang hati kita memberikan sesuatu namun tujuannya bukan Ridho Alloh, tapi mungkin ridho orang banyak, ini bukan ikhlas, ini riya namanya yang akan menghancurkan dan mesia-siakan amalan kita kelak.

Riya merupakan salah satu penyakit hati yang menghancurkan dan menjauhkan hamba dari Tuhannya.

Hati manusia bisa bersikap iklhas , terbebas dari riya, kalau hati itu bersih dari noda. Untuk urusan keberseihan hati ini, dan bagaimana cara mengelolanya semuanya diajarkan dalam Ilmu Thariqat.

Thariqat adalah salah satu ilmu khusus yang diantara tujuan utamanya adalah untuk mengetahui hakikat kedirian manusia lahir dan bathin. Memberdayakan manusia sesuai fitrahnya yang berasal dari langit (ruh) dan bumi (jasad). Dengan unsure langit yang telah diberdayakan dan dikelola dengan baik menjadikan manusia akan bisa mengetahui cahaya ruhani dan sifat-sifatnya serta sampai pada seluk beluk hati , kekuatan dan kelemahannya termasuk penyakit-penyakitnya.

Dengan mengetahui macam-macam penyakit hati yang bersarang di dalam tubuh kemudian berupaya mengobati dan mencegahnya adalah bagian dari pelajaran di ilmu Thariqat. Ilmu yang akan menghantarkan anda kehadirat Ilahi.

Dengan mengetahui potensi sekaligus kelemahan anda baik secara fisik maupun ruhaninya kemudian mensucikan kedua unsur tersebut itulah yang akan menghantarkan anda ke dalam kedekatan diri pada sang Khaliq.

Sebagaimana kita ketahui diri kita terdiri dari dua unsur dhahiry (fisik) dan batiny (ruh) maka ibadah terhadap-Nya pun terdiri dua aturan yakni ibadah lahir dan ibadah ruhiyah batin.

Yang pertama diatur dalam hukum-hukum syariat seperti apa dan bagimana shalat secara syar’i yang benar, sarat sahnya, rukun-rukunnya dan yang membatalkannya. Itu semua diatur dalam hukum syariat fiqh. Namun apakah shalat hanya selesai dan cukup sampai di situ, tidak. Shalat secara sempurna haruslah disertai kehadran hati (khusuk) . Dengan kehadiran hati inilah maka shalat bisa menimbulkan apa yang disebut tanha ‘anil fahsa wal munkar’. Memerlukan banyak persyaratan hati bisa ikut khusuk shalat .

Nah, bagaimana agar persyaratan itu terpenuhi, bagaimana cara mencapainya bukanlah hal yang mudah pula. Hati harus benar-benar bersih dari segala macam noda dan penyakit untuk bisa khusuk hadir dan bertemu dengan Khaliq.

Ilmu yang mempelejari kondisi ahwal hati dan cara membersihkan serta menterapinya agar menjadi hati yang bersih menjadi hati yang sehat menjadi hati yang selamat (qolbun salim) inil dipelajari secara sistematis dalam Thariqat.

Ilmu yang mengajak umat Islam mencapai kesempurnaan ibadah tidak saja pada tingkat syariaty tapi juga haqiqaty. Ilmu yang mengajak kita tidak saja paham akan diri kita secara lahir tetapi juga secara batin. Dengan kesempurnaan diri baik secara lahir maupun batin itulah yang akan mengantarkan kita berdekatan dengan Khaliq.

Bagaimana menuju jalan dekat terhadap Alloh Swt , tidaklah mudah harus ada pembimbing ada guru mursyid. Untuk bisa shalat secara lahiry saja perlu guru maka apalagi untuk bisa shalat secara haqiqy sangat diperlukan pembimbing. Secara teknis mengenai liku-ilku dan bagimana sebuah perjalanan seharusnya ditempuh ada dalam ilmu Thariqat ini , yakni Ilmu bagaimana menuju jalan mencapai kedekatan dengan Alloh Swt.

Maka tidak ada jalan lain bagi siapapun yang ingin menjadikan ibadahnya maksimal secara lahir maupun batin kecuali haruslah mau mempelajari Ilmu Tasawuf yang tekhnisnya , prakteknya diajarkan oleh Ilmu Thariqat. Tanpa hal itu nampaknya sulit dicapai kualitas ibadah sesungguhnya .

Oleh karena itulah Rasululloh Saw, pernah mengingatkan kepada para sahabatnya, banyak orang yang shalat dan berpuasa namun hanya mendapatkan kepenatan dan dahaga saja. Mengapa ? karena hati mereka lalai dalam sholat, hati mereka tidak ikut berpuasa hanya perutnya saja yang berpuasa.

Imam besar Ulama ahli Tasawuf terkemuka yakni, Syeh Abil Hasan as-Syadzily bahkan mengatakan, siapapun yang tidak berkecipung dan mendalami ilmu tasawuf maka dikhawatirkan akan mati membawa dosa besar sedang dirinya tidak menyadarinya.

Maksiat Lahir dan Maksiat Batin


Sebagaimana ibadah ada ibadah lahir dan ibadah batin maka perbuatan dosa juga demikian . Perbuatan dosa tidak saja dilakukan oleh anggota tubuh , namun dilakukan pula oleh hati atau yang disebut maksiat batin, seperti kufur nikmat, suka bersu’udhon atau berburuk sangka baik terhadap manusia maupun pada Tuhan atau bahkan kepada diri sendiri. Tamak, riya, ujub bangga dengan diri sendiri, sombong adalah bentuk-bentuk maksiat batin yang lain.

Dengan ilmu tasawuf dengan thariqat diajarkan bagimana hati bisa beribadah dan bagimana membersihkan dan mencegahnya dari segala macam dosa dan penyakitnya. Ilmu tasawuf adalah ibarat resepnya,teorinya dan thariqat adalah langkah menebus obat serta meminumnya.

Lalu bagaimana orang-orang yang tidak pernah memasuki wilayah ini ? Jika mampu mencapainya dengan jalan sendiri , maka silahkan saja. Namun kendatipun secara syariaty mungkin mumpuni maka tidak ada jaminan hatinya bersih dari segala noda dan dosa. Bahkan terdapat potensi besar menjadi orang yang sombong bagi orang-orang yang memiliki banyak kekayaan baik kaya harta benda maupun ilmu pegetahuan, ilmu agama sekalipun. Maka, mencari peredamnya adalah sebuah hal yang sangat penting dilakukan.

Lalu bagaimanakah tahapan untuk mengecap ilmu thariqat ? Jawabannya adalah, Temukan Guru Mursyid , carilah di mana beliau berada. Bukankah untuk sekedar mengobati jantung yang bocor banyak yang sampai ke luar negeri ? Mengapa tidak untuk mencari dokter penyembuh ruhani yang jauh lebih penting ? Dan jangan kwatir di Indonesia banyak Mursyid Thariqat yang sangat mumpuni di bidangnya.

Untuk referensi, di Jawa Tengah, diantaranya ada Habib Lutfhi di Pekalongan (Mursyid Thariqat Syadziliyah), KH. Abu Hamid (Mursyid Syadziliyah ) Pengasuh Pon.Pes. Al-Ikhsan, Beji,Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Kemudian KH. Syarif Nurkholis ,Pon.Pes Karangwangkal Purwokerto Utara, Banyumas (Mursyid TQN). Alhamdulillah, penulis dipertemukan dan berkesempatan menjadi murid beliau-beliau ini. Allohummarhamhum.

Masih banyak lagi , semoga pada tulisan yang akan datang bisa penulis sebutkan para Mursyid yang ada di Tanah Air. Salam. Jika anda sudah menemukan Guru Mursyid yang pembimbing anda, maka Selamat Menempuh Perjalanan. 

Masihkan anda ragu untuk meniti jalan spiritual? Wallohu A'alam.###

“Allohummahdina Shiraathal Mustaqiem”