Sabtu, 27 September 2014

Kekuatan Dzikir

"Waman a’arodho ‘an dzikry fainna lahu ma’isyatan donka”, (Thaahaa:124)
(Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku , maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit).





“Ingatlah bahwa dengan dzikir kepada Alloh, hati akan menjadi tenang”
“Dan Janganlah kamu tunjukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka , sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya .Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Thaahaa:131)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu.Kamilah yang memberi rizki kepadamu.Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Thaahaa:132)

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan . Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah yang telah mereka kerjakan”. (Hud:15-16)
Sabda Rasululloh “, Demi Alloh, bukanlah kefaqiran yang aku khawatirkan atas kalian”.

Suatu saat Shabat Umar RA , berkunjung ke rumah Rasululloh, beliau sedang berada ditempat minumnya. Terlihat oleh Umar guratan bekas tikar di punggung Rasululloh dan tidak banyak gandum yang tergantung di rumahnya. Air mata Umar mengalir di kedua pipinya , nelangsa , sesuatu yang memprihatinkan terjadi pada diri Utusan Alloh yang menjadi pemimpin dan teladan seluruh umat manusia.

Rasululloh kemudian menanyakan sekaligus menanting keimanan Umar,” Wahai Ibn Khaththab, relakah engkau jika akhirat menjadi milik kita dan dunia menjadi milik mereka ?”Mereka tentunya bagi para ahluddunya, yang hidupnya penuh kemewahan terutama para kaisar yang pada zaman Rasululloh, hidup bergelimang harta, kemewahan dan pemujaan. Karena sebelumnya Umar telah menyindir Rasul dengan sebuah uangkapan,” Wahai Rasululloh, engkau telah mengetahui pola hidup Kisra dan kaisar”,

Betapa banyak orang yang menganggap hidupnya dalam kebahagiaan dengan rizkinya yang terus berlimpah. Namun sebanyak itu pula mereka tidak sadar kekayaannya hanyalah tipuan. Mereka telah begitu memuja dan mengagungkan bahwa dianggapnya kondisi serba adanya itu merupakan kemuliaan dari Tuhan-nya.

Tidaksadarkah bahwa semua itu adalah istidroj yang melupakan dan menutupi dirinya dari Tuhan. Yang telah melenakan dan membuatnya lupa akan akhirat. Syukur hanya tinggal di bibir, namun nyatanya kemalasan beribadah semakin menjadi, semangatnya memburu harta semakin menggila walapun dengan dalih menggapai fiddunya hasanah dan filakhirati hasanah . Tidak. Itulah sebenar-benar istdroj yang menakutkan dan memilukan.

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kemi bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka.Tidak sebenarnya mereka tidak sadar”

Kemudian perhatikanlah Firman berikut ini: “Tidaklah setiap orang yang Aku lapangkan dan Aku muliakan serta aku beri nikmat, itu berarti pemuliaan-Ku untuknya. Namun , tidak pula orang yang aku sempitkan hartanya dan Aku cobai dia berarti penghinaan-Ku kepadanya”,

Dan kalau begitu masihkah anda ragu dengan ayat-ayat-Nya ? masihkah anda mengeluh dengan kekurangan dan kesempitan--itulah anggapan banyak orang—yang menggap hidupnya selalu dalam kesempitan dan kekurangan. Mengapa tidak mencoba mensyukuri nikmat-nikmat-Nya ?, yang kalau anda mencoba hendak menghitungnya pasti tidak akan mampu.

Kalau orang tua melarang anak-anaknya membeli permen , meminum es , walaupun sang anak menjerit dan meronta memintanya, apakah itu merupakan kebencian, apakah itu bukan bentuk kasih sayang yang sesungguhnya ?

Seorang tetangga dalam waktu sekejap harus mengeluarkan uang sekitar 100 juta rupiah, untuk membayar sebijih –sejenis logam –untuk menambal jantungnya yang bocor.
Bahkan tetangga satunya lagi tak disangka harus mengeluarkan uang 20 juta rupiah, untuk membayar biaya pengobatan, hanya gara-gara tidak bisa kentut.

Kenapa malas mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, dan mengapa yang terpikir hanya rasa kurangnya saja.
“Kuman di seberang lautan dikejar-kejar karena nampak jelas kelihatan, tetapi gajah di pangkuan tak dihiraukan”, .Apakah akan menunggu sang gajah menginjak leher ?

Apakah akan menunggu nyawa anda sampai di tenggorokan ? Wow, terlambat. Jangan, sadarlah, sadarlah.
“Ya Alloh, jadikanlah kami orang yang shalih , jadikanlah kami orang yang ta’at kepada-Mu, dan berilah petunjuk dan rahmat-Mu selalu kepada orang-orang yang mengharap ampunan-Mu dan kepada mereka yang mencari jalan-jalan-Mu”. Amin. ###

Selasa, 23 September 2014

WALISONGO ITU MASIH HIDUP

By. Agus Mar S. Ag

Allah telah mengungkapkan dalam al-Qur’an, bahwa orang-orang yang meninggal di jalan-Nya sesungguhnya tidaklah “mati”, tetapi hidup di sisi-Nya. Keadaan mereka ini diungkapkan dalam ayat-ayat sebagai berikut:

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam ke­adaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bersenang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekha­watiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bersenang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyia­kan pahala orang-orang yang beriman.” (Q.s. Ali Imran: 169-171).

“Dan janganlah kamu mengatakan terha­dap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Q.s. al-Baqa­rah: 154).

Bahwa Allah akan menyempurnakan rah­mat bagi orang-orang yang syahid dan bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga merupakan rahasia Allah lainnya yang diung­kapkan dalam al-Qur’an.

“Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” (Q.s. Muhammad: 4-6).

“Maka Tuhan mereka mengabulkan per­mohonan mereka, ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Aku hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masuk­kan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik’.” (Q.s. Ali Imran: 195).

Jadi orang yang menganggap bahwa Walisongo adalah berhala, sungguh adalah bagian dari kaum yang tidak paham akan haqiqat ke-Isalaman seperti yang diajarkan oleh Al-Quran dan Sunah Nabi SAW. Seperti orang yang tidak tau sama sekali apa itu Gula, apa itu cabai, apa itu garam, namun sudah berani berfatwa bahwa benda-benda itu pahit dan berracun.

Maka wajar pula kalau mereka juga tidak paham akan haqiqat Walisongo , tidak bisa membedakan mana berhala mana uswah (panutan) dan jangan-jangan tidak bisa membedakan pula antara Nabi Musa dengan Nabi Isa As.

KUNJUNGILAH MEREKA BERZIARAHLAH KE MAQOM PARA WALI

Subhanalloh, ayat di atas jelas sekali memberikan pengetahuan kepada kita bahwa orang yang telah mati masih bisa berjalan-jalan di tengah-tengah manusia yang masih hidup. Hanya tidak semua orang yang telah mati, hanya mereka yang diberikan cahaya Kasih Sayang-Nya, cahaya Cinta-Nya, cahaya Karunia-Nya.

Dan mengapakah anda tidak segera meminta bantuan para roh suci bertabur cahaya itu. Mengapakah anda terpukau dan menyembah-nyembah nyawa orang hidup bergelimang uang haram, yang mabok jabatan , mabok kecantikan, mabok segala macam kemewahan dan kerakusan dunia ? Masihkan anda mengakatan munduk-munduk dan meminta tolong, minta rekomendasi kepada orang-orang berlumur dosa ini musrik , bid’ah dan kurafat ?

Masih lebih baik meminta rekomendasi kepada para arwah tersucikan yang merka berjalan-jalan di langit baik langit barsah maupun langit bumi. Merekalah pemberi bantuan yang tidak akan salah merekalah penyiram ruhani sebenarnya.

Siapakah mereka ? Merekalah para Nabi, para Rasul, Para Wali-Nya dan orang-orang mu-min yang dipilih-Nya.Terhadap kuburan merekalah kita dianjurkan untuk berziarah agar ikut tersinari oleh cahaya yang dibawa oleh orang-orang suci itu. Agar kita mendapatkan energinya untuk mengikuti jalannya menuju Sang Khaliq.

Dan menjadi jelaslah sekarang mengapa setelah kita menziarahi kuburnya hati terasa lebih lapang, lebih tenang dan kesadaran akan akhirat juga semakin besar. Cahaya Ilahi yang diterpancar dari ruh para orang suci ini yang memiliki power luar biasa yang mampu melumatkan kegelapan hati orang-orang penuh dosa seperti kita.

Cahaya-Nya yang ada pada diri para wali itulah yang kita harapakan. Jangan disangka mereka tidak tahu terhadap siapa-siapa orang yang menziarahi kuburannya . Mereka sangat tahu, lebih dapat melihat dan mendengar dengan jelas ketimbang mereka para koruptor yang bersarang di diskotik.

Alam mereka yang penuh cahaya Ilahi sudah tak dibatasi lagi dengan ruang dan waktu. Kendati mereka tinggal di alam barzah yang terpisahkan dari kita , namun dengan Cahaya-Nya mereka bisa melihat apa-apa yang terjadi di bumi, dapat turun ke bumi dapat berbagai kasih saying di bumi dapat terbang dari barat ke timur dan sebaliknya, melebihi kecepatan cahaya matahari yang sinarnya dalam hitungan detik bisa menembus bumi dan hati manusia yang dikehendakinya.

Masihkan anda ragu terhadap Karunia dan Cahaya Tuhan yang melingkupi ruh-ruh orang suci ? kalau anda tidak percaya maka layak dihukum. Hukumannya anda tidak akan pernah terlimpahi cahaya spiritual dari mereka.

Berziarahlah ke makam orang-orang suci. Berniatlah mendapatkan limpahan cahayanya agar dengannya , dengan kaasih sayangnya, dengan doanya, dapat membantu dan memudahkan dosa-dosa kita terhapusakn , agar dengannya kita bisa berbagi cahaya keaguangan-Nya yang mungkin terlalu sulit kita raih sendiri.

Tapi ingat jagan berniat macam-macam di kuburan para suci ini. Jangan berniat mencari jimat, jangan berniat menghapuskan hutang, jangan berniat mencari penglasrisan, jangan berniat jadi lurah, bupati dan sejenisnya, jangan brniat ingin kaya ? Kalau demikian , nyupang namanya. Bahkan lebih parah dari nyupang di gunung kawi.

Itu adalah niatan-niatan yang salah, yang kalau anda melakukannya, bukan cahaya-Nya yang akan melimpahi anda, namun cahaya mahluk lainlah yang jahat, yang akan dapat menjumpai dan menipu anda. Semoga ini diperhatikan.

Apa bedanya dengan nyupang ? Bangkai adanya di tempat sampah, bukan di masjid. Mudah-mudahan kita rtermasuk orang-orang yang didekatkan kepada-Nya dan kepada orang-orang pinilih yang dekat dengan-Nya yang menjadi kekasih-Nya. Amin. ###
Banyumas, September 2014

Selasa, 16 September 2014

Thariqat dan Kesaktian



Oleh:  Gus Mar

Seorang teman mengatakan, bahwa amalan thoriqohnya ternyata sangat manjur untuk mengobati suatu penyakit. Bahkan juga joss untuk sebuah permohonan, karena pernah diminta tetangganya yang ingin menjadi perangkat desa dan dengan wiridannya itu hajatnya terkabul dengan mudah.

Wah, dia nampak bangga dengan apa yang telah dilakukannya itu. Tapi aku menanggapinya dengan dingin saja. Sebagai sesama pengamal thoriqoh aku tidak bangga sama sekali, bahkan prihatin dengan apa yang menimpa sahabatku itu.

Memang dia mengamalkan thoriqoh yang sama denganku hanya lain guru mursyid. Dan hasilnya memang agak berbeda. Setelah saya telusuri ternyata dia sangat jarang bertatap muka dengan gurunya. Bahkan tidak ada jadwal rutin atau tawajuhan bersama guru sebagaimana yang aku lakukan dengan sesama ihkwan satu mursyidku.

Di sini terlihat menjadi sangat penting intensitas pertemuan bersama guru bagi para pengamal thoriqoh. Mengapa ? karena segudang penghalang, segudang istidroj siap menghadang di tengah jalan yang kadang bentuknya sangat halus. Kalau kurang bimbingan dari guru mursyid bisa-bisa amalan thoriqohnya lambat laun menyimpang. Beralih fungsi menjadi amalan ilmu hikmah dan kesaktian tanpa terasa.

Memang tidak ada salahnya mengobati orang yang sedang sakit dan membutuhkan pertolongan, juga membantu doa terhadap sesama yang membutuhkan dengan amalan thoriqohnya. Namun kalau itu dituruti lama-lama syaitan bisa mencuri-curi kesempatan dari praktik tersebut. Selain itu ketulusan niat dalam berdzikir juga bisa terganggu, apalagi bagi mereka yang tidak mendapat bimbingan intensif dari gurunya.

Contoh kasus, karena ternyata sembuh mengotabi suatu penyakit, tetangga lain suatu saat akan minta bantuan yang sama dan seterusnya sehingga namanya kemudian akan dikenal sebagai seorang penyembuh yang ampuh.

Kemungkinan terjadi penyimpangan dari ajaran thoriqoh bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, terlena oleh pujian orang karena doanya dikenal mujarab. Di sini keikhlasannya didalam berdzikir terancam. Dzikirnya yang semestinya “Ilahi anta maqsudi wa rdhoka mathlubi” menjadi terkontaminasi dengan hasrat menyembuhkan. Hanya orang-orang yang sudah benar-benar istiqomah dan memiliki daya tahan ruhani kuat yang bisa terhindar dari ancaman ini.

Kedua, kalau diteruskan dan sang pelaku enjoy dalam kegiatan ini, maka dia akan lebih dikenal sebagai penyembuh dan bisa beralih menjadi dukun bukan ahli thoriqoh yang mengedepankan Ridho Alloh. Maka orang mendekatinya karena sebuah hajat duniawi bukan karena urusan akhirat.

Ketiga, Syaithon akan bertepuk tangan karena merasa ada kesempatan emas untuk menyimpangkannya lebih jauh lagi. Contoh kasus, iblis mungkin akan membuat suatu penyakit kepada seseorang yang sulit diobati. Dan iblis bisa saja hadir dalam mimpi salah satu atau banyak keluarga si sakit untuk memberitakan bahwa yang bisa menyembuhkan adalah si anu (yang sedang diperdaya amalannya). Dan perdaya syaithan akan berhasil si sakit sembuh. Setelah menjadi tidak ikhlas,karena semangat wiridnya untuk keberhasilannya dalam menyembuhkan  dia juga terancam menjadi takkabur. Merasa hebat, merasa doanya mujarab , merasa top yang akan diperkuat dengan puji-pujian banyak orang.

Keempat, syaithan pun bisa menyimpangkannya ke dalam lembah yang lebih hina dan menyesatkan. Suatu saat akan ada pasien yang tidak bisa disembuhkan. Dan giliran sang penyembuh yang akan didatangi iblis lewat mimpinya sendiri. Dan itu tidak sulit bagi iblis atas orang yang sudah rusak amalan-amalannya oleh sifat-sifat riya dan  takabur.

Dalam mimpinya iblis bisa saja menjelma sebagi sosok alim, berjubah layaknya ulama suci seraya  memberikan arahan bagaimana caranya untuk menyembuhkan pasiennya itu. Cara-cara yang diajarkan akan mulai dari yang halus, misalkan dengan mengajarkan satu doa dari surat-surat tertentu untuk mengelabuhi orang yang sedang mabuk pujian ini. Pada kasus yang lain, akan berangsur-angsur ke cara-cara yang subhat dan bahkan haram, seperti harus diobti di kamar yang gelap, harus telanjang bulat, harus tengah malam, harus dengan sentuhan telapak tangan.

Bisa dibayangkan, kalau sang penyembuhnya muda, yang disembuhkan juga gadis cantik seksi, kebetulan sakitnya ada di payu dara atau bagian tubuh sensitive lainnya. Begitu seterusnya akan terus menyusul penyesatan-penyesatan tiada ujung.

Maka yang terbaik ketika datang permintaan semacam itu, demi keselamatan amalan thoriqohnya , demi lurusnya niat, demi ikhlasnya amal, demi terhindar dari sifat-sifat riya dan takabur, lebih baik menolak segala macam permintaan pengobatan atau hajat-hajat duniawi. Serahkan saja kepada ahlinya. Sangat beresiko dan berbahaya akibatnya.

Kecuali dalam kondisi darurat di mana harus melakukan pertolongan , ya tidaklah mengapa itupun tetap dengan menjaga penuh rasa tawakal dan ridhonya. Bukan untuk jambalan, bukan meladeninya dengan perasaan bangga.

Semoga kita semua diselamatkan dari tipu daya syaithan yang terkutuk. Semoga kita termasuk orang-orang yang disematkan di dunia dan akhirat. Amin.  Wallohu A'alam.###

_____ 

       



Senin, 15 September 2014

Sekilas Syeh Abdul Qodir al-Jailany Sang Imam Besar Thariqat TQN


Syekh Abdul Qodir Jaelani, namanya sangat populer di jagad sufi dan thariqat. Beliau adalah Guru Besar sekaligus pendiri Thariqat Qodiriyah di muka bumi ini. Qodiriyah tentu diambilkan dari nama beliau, Syeh Abdul Qodir, wali besar penerus ajaran Rasululloh SAW yang menyandang Sultonul Auliya (Rajanya para Wali).

Syeikh Abdul Qodir Jaelani lahir pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H, 1077 M di  selatan laut Kaspia , saat ini adalah Provinsi Mazandaran, Iran dan wafat  pada hari Sabtu malam,  di daerah Babul Azajwafat , Baghdad , 561 H/ 1166 M.

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah.

Awal Kemasyhuran Al-Jaba’I berkata bahwa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani juga berkata kepadanya, “tidur dan bangunku sudah diatur. Pada suatu saat, dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau tiga orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di masjid Bab Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan dikelilingi dengan lampu. Orang-orang tetap datang di malam hari dan memakai lilin dan obor dan memenuhi tempat tersebut. Kemudian aku dibawa keluar kota dan ditempatkan di sebuah mushalla. Namun orang-orang tetap datang kepadaku, dengan mengendarai kuda, unta bahkan keledai dan menempati tempat disekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali RadhiAllahu anhum.

Kemudian Syaikh Abdul Qadir melanjutkan, “Aku melihat Rasululloh SAW sebelum dzuhur, beliau berkata kepadaku, ’anakku, mengapa engkau tidak berbicara ?’. ’Ayahku, bagaimana aku yang non arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?’. Beliau berkata, ’buka mulutmu’, lalu beliau meniup 7 kali ke dalam mulutku kemudian berkata, ”bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah dengan hikmah dan peringatan yang baik”. Setelah itu aku shalat dzuhur dan duduk dan mendapati jumlah yang sangat luar biasa banyaknya sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat Ali r.a. datang dan berkata, ’buka mulutmu’.

Beliau lalau meniup 6 kali kedalam mulutku dan ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meniup 7 kali seperti yang dilakukan Rasululloh SAW, beliau menjawab bahwa beliau melakukan itu karena rasa hormat beliau kepada RasuluLloh SAW. Kemudian aku berkata, ’Pikiran, sang penyelam, mencari mutiara ma’rifah dengan menyelami laut hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang oleh lidah sang calo, kemudian dibeli dengan permata ketaatan dalam rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat’”.

Dalam suatu kisah diceritakan,  Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata, ”Sebuah suara berkata kepadaku saat aku berada di pengasingan diri" kaya Syeh Abdul Qodir. "Kembali  ke Baghdad dan ceramahilah orang-orang". "Akupun masuk Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti mereka". "Sesungguhnya mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu", lanjut suara tersebut.

"Apa hubungan mereka dengan keselamatan agamaku / keyakinanku" tanya Syeh Abdul Qodir."Kembali ke Baghdad  dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu", kata suara itu.

Beliau pun diceritakan kemudian menbuat 70 perjanjian dengan Allah. Diantaranya adalah tidak ada seorangpun yang menentangku dan tidak ada seorang muridku yang meninggal kecuali dalam keadaan bertaubat. Setelah itu, Ia kembali ke Baghdad dan mulai berceramah. Suatu ketika saat berceramah , Ia melihat sebuah cahaya terang benderang mendatanginya. "Apa ini dan ada apa?’tanya Syeh Abdul Qodir

"Rasululloh SAW akan datang menemuimu untuk memberikan selamat’ jawab sebuah suara. Sinar tersebut makin membesar dan aku mulai masuk dalam kondisi spiritual yang membuatku setengah sadar. Lalu aku melihat RasuLulloh SAW di depan mimbar, mengambang di udara dan memanggilku, ’wahai Abdul Qadir’. Begitu gembiranya aku dengan kedatangan RasuluLloh SAW , aku melangkah naik ke udara menghampirinya. Beliau meniup ke dalam mulutku 7 kali. Kemudian Ali datang dan meniup ke dalam mulutku 3 kali. "Mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan RasuluLloh SAW?’ Syeh Abdul Qodir bertanya . "Sebagai  rasa hormatku kepada Rasulullah SAW‘ jawab beliau.

RasuluLlah SAW kemudian memakaikan jubah kehormatan kepadaku. ‘apa ini ?’ tanyaku. ‘ini’ jawab Rasulullah, ’adalah jubah kewalianmu dan dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajad Qutb dalam jenjang kewalian’. Setelah itu , akupun tercerahkan dan mulai berceramah.

Guru dan teladan kita Syaikh Abdul Qadir Al-Jilli berkata,” seorang Syaikh tidak dapat dikatakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila karakter berikut ini telah mendarah daging dalam dirinya yaitu :

Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang yang Sattar (menutup aib) dan Ghaffar (Maha pemaaf).
Dua karakter dari RasuluLlah SAW yaitu penyayang dan lembut.Dua karakter dari Abu Bakar yaitu jujur dan dapat dipercaya.Dua karakter dari Umar yaitu amar ma’ruf nahi munkar.Dua karakter dari Utsman yaitu dermawan dan bangun (tahajjud) pada waktu orang lain sedang tidur.Dua karakter dari Ali yaitu aalim (cerdas/intelek) dan pemberani.

Masih berkenaan dengan pembicaraan di atas dalam bait syair yang dinisbatkan kepada beliau dikatakan :
Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syaikh maka ia adalah Dajjal yang mengajak kepada kesesatan.

Dia harus sangat mengetahui hukum-hukum syariat dzahir, mencari ilmu hakikah dari sumbernya, hormat dan ramah kepada tamu, lemah lembut kepada si miskin, mengawasi para muridnya sedang ia selalu merasa diawasi oleh Allah.

Syaikh Abdul Qadir juga menyatakan bahwa Syaikh Al-Junaid mengajarkan standar Al-Qur’an dan Sunnah kepada kita untuk menilai seorang Syaikh. Apabila ia tidak hapal Al-Qur’an, tidak menulis dan menghapal Hadits, maka dia tidak pantas untuk diikuti.

Sesungguhnya Ali ra. Bertanya kepada RasuluLloh SAW, ‘Yaa Rasulullah, jalan manakah yang terdekat untuk sampai kepada Allah, paling mudah bagi hambanya dan paling afdhal di sisi Nya. RasuluLlah berkata,’Ali, hendaknya jangan putus berzikir (mengingat) kepada Allah dalam khalwat (kontemplasinya)’. Kemudian Ali ra. Kembali berkata , ‘Hanya demikiankah fadhilah zikir, sedangkan semua orang berzikir’.

RasuluLlah berkata,’Tidak hanya itu wahai Ali, kiamat tidak akan terjadi di muka bumi ini selama masih ada orang yang mengucapkan “Allah” “Allah”. ‘Bagai mana aku berzikir?’. Tanya Ali. RasuluLlah bersabda, ’dengarkan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengucapkannya sebanyak tiga kali dan aku akan mendengarkan engkau mengulanginya sebanyak tiga kali pula’. Lalu RasuluLlah berkata, “Laa ilaaha illallah” sebanyak tiga kali dengan mata terpejam dan suara kjeras. Ucapan tersebut di ulang oleh Ali dengan cara yang sama RasuluLlah lakukan. Inilah asal talqin kalimat Laa ilaaha Illallah. Semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita dengan kalimat tersebut”.

Syaikh Abdul Qadir berkata, ”Kalimat tauhid akan sulit hadir pada seorang individu yang belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada RasulluLlah oleh Mursyidnya saat menghadapi sakaratil maut”. ###

__Dari berbagai sumber yang berserakan___

SEKILAS Tokoh Sufi , Syeh Abill Hasan Asy-Syadzili

Syeh Abil Hasan Asy-Syadzili adalah Imam dan Pendiri Thariqat Syadziliyah, salah satu Thariqat terbesar di Tanah Air ini juga belahan dunia lain. Beliau terkenal sebagai Waliyulloh yang Kaya Raya dan lembut dalam membimbing murid-muridnya. 
Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Pekalongan, Jawa Tengah. Guru Besar Thariqat As-Syadziliyah.

ِِSyadziliyah adalah nama suatu desa di benua Afrika yang merupakan nisbat nama Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau pernah bermukim di Iskandar sekitar tahun 656 H. Dalam mempelajari ilmu hakikat, beliau berguru kepada wali quthub yang agung dan masyhur yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, dan akhirnya beliau yang meneruskan quthbiyahnya dan menjadi Imam Al-Auliya’.

Selain Thariqat Syadziliyah, Hizb Nashr dan Hizb Bahr, adalah dua peninggalan besar dari beliau yang sangat populer di kalangan kaum Nahdliyin. Hizb Bahr merupakan Hizb yang diterima langsung dari Rasulullah saw. yang dibacakan langsung satu persatu hurufnya oleh beliau saw. Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. pernah ber-riadhah selama 80 hari tidak makan, dengan disertai dzikir dan membaca shalawat yang tidak pernah berhenti.

Pada saat itu beliau merasa tujuannya untuk wushul (sampai) kepada Allah swt. telah tercapai. Kemudian datanglah seorang perempuan yang keluar dari gua dengan wajah yang sangat menawan dan bercahaya. Dia menghampiri beliau dan berkata, ”Sunguh sangat sial, lapar selama 80 hari saja sudah merasa berhasil, sedangkan aku sudah enam bulan lamanya belum pernah merasakan makanan sedikitpun”.

Suatu ketika saat berkelana, beliau berkata dalam hati, “Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?”. Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja”. Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?”. Kemudian terdengarlah suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”.

Beliau pernah khalwat (menyendiri) dalam sebuah gua agar bisa wushul (sampai) kepada Allah swt. Lalu beliau berkata dalam hatinya, bahwa besok hatinya akan terbuka. Kemudian seorang waliyullah mendatangi beliau dan berkata, “Bagaimana mungkin orang yang berkata besok hatinya akan terbuka bisa menjadi wali. Aduh hai badan, kenapa kamu beribadah bukan karena Allah (hanya ingin menuruti nafsu menjadi wali)”. Setelah itu beliau sadar dan faham dari mana datangnya orang tadi. Segera saja beliau bertaubat dan minta ampun kepada Allah swt. Tidak lama kemudian hati Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. sudah di buka oleh Allah swt.

Demikian di antara bidayah (permulaaan) Syekh Abul Hasan As-Syadzili. Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Ustman bin ‘Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung.

Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”.

Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swty. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”.

Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”.

Syekh Abul Hasan Asy-Syadili memiliki nasehat-nasehat yang sangat bagus dan terkenal. Diantaranya adalah:

"Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya".

"Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu"

Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak.

Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.

Beliau wafat dalam perjalanan haji dan dimakamkan di padang Idzaab Mesir. Sebuah padang pasir yang tadinya airnya asin menjadi tawar sebab keramat Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau belajar ilmu thariqah dan hakikat setelah matang dalam ilmu fiqihnya. Bahkan beliau tak pernah terkalahkan setiap berdebat dengan ulama-ulama ahli fiqih pada masa itu. 

"Kamu jangan menunda ta’at di satu waktu, pada waktu yang lain, agar kamu tidak tersiksa dengan habisnya waktu untuk berta’at (tidak bisa menjalankan) sebagai balasan yang kamu sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada jatah ta’at pengabdian tersendiri. Kamu jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. membenarkanmu", Nasehat Syeh Abil Hasan Asy-Syadzili, Radiya allahu ‘anhu wa ‘aada ‘alaina min barakatihi wa anwarihi wa asrorihi wa umihi wa ahlakihi, Allahumma Amiin. ( Dari berbagai sumber) ###

Minggu, 14 September 2014

Berthariqat Why Not ?

                              

Di kalangan pesantren nama Thariqat tidaklah asing. Begitu juga di kalangan para penganut ahlussunah wal Jama'ah.

Namun di kalangan umat Islam pada umumnya ada yang masih asing dengan kata Thariqat. Akan tetapi bagi mereka yang menyukai dunia spiritual saya kira tidaklah asing dengan Thariqat.

Thariqat secara bahasa artinya jalan. Dalam hal spiritualitas, bisa diartikan sebagai jalan how to get best way to God. Bagaimana agar seseorang bisa mencapai ma'rifat akan Tuhan. Di dalam Thariqat melalui seorang guru Mursyid (pembimbing) akan diajarkan apa dan bagaimana tahapan-tahapan sang pejalan (salik) untuk mencapai maqomat-maqomat (stasiun) menuju Sang Khaliq.

Tidak mudah meniti jalan spiritual. Diperlukan Guru Mursyid bagi setiap orang yang akan menempuhnya. Inilah yang membedakan jalan spiritual di Thariqat dengan yang lainnya.

Dalam Thariqat guru Mursyid pun tidak bisa sembarang orang. Dia adalah orang yang sudah mendapatkan lesensi bimbingan yang sudah punya akta IV dalam hal spiritualitas yang diberikan oleh guru mursyidnya, bukan berdasarkan hasil musyawarah sebuah ormas agama ataupun takmir masjid.

Pejalan spiritual tanpa guru Mursyid, bisa diibaratkan seorang yang akan melalui hutan belantara penuh jurang terjal, banyak binatang buas dan penyamun di dalamnya tanpa pembimbing. Resiko tersesat dan dan diterkam binatang buas sangatlah besar.


Lebih jelas silahkan membaca tulisan saya catatan tentang thariqat. ###

Salam

Sabtu, 13 September 2014

Ya Lathif


Dia Yang Maha Halus, Maha Lembut dalam menebarkan kasih sayang kepada semua hambanya. Tiada pilih kasih dalam memberikan pahala dan siksa-Nya. Tiada pandang bulu dalam memperuntukkan sorganya. Semuanya diberikan kesempatan yang sama untuk memprolehnya. Dan hadiah Sorga-Nya bisa didapat oleh siapapun dengan syarat yang lunak yang bisa dicapai oleh siapapun, yang miskin, yang kaya, yang pandai dan yang terbatas ilmunya, yang bersorban maupun yang memikul kayu bakar. Tidak berlaku kaku, masing-masing diberikan kesempatan sesuai kemampuan yang ada.

Jika anda mau menginap di hotel berbintang dengan segala fasilitasnya, tentu harus membayar  dengan harga yang disyaratkan. Tidak pandang kaya atau miskin , pejabat atau bukan maka harga yang ditentukan harus dibayarkan dengan ketentuan yang sama untuk bisa menginap di dalamnya.

Kemewahan dan keindahan sorga tidaklah mensyaratkan seperti itu. Orang kaya bisa membyarnya dengan hartanya. Orang berilmu bisa membayar dengan ilmunya. Pekerja kasar bisa membayar dengan tenaganya, pejabat bisa membayar dengan kekuasaannya. Orang tua bisa membayar dengan amanah yang diberikan kepadanya. Anak bisa membayar dengan birullwalidainnya.

Namun ada satu syarat yang berlaku untuk semuanya, yaitu Ikhlas dalam membayarkan harga semua itu. Sekecil apapun tenaga dan harta yang diberikan untuk membeli sorga Tuhan bisa menerimanya asal diberikan secara Ikhlas, murni hanya untuk mencari Ridho-Nya bukan yang lain-lain. Namun sebaliknya sebesar apapun harta dan amal yang anda berikan, tak akan berarti apapun dan tidak akan bisa untuk membeli sorga kalau tidak dieruntukkan kepada-Nya. Sekecil apapun amal yang kita perbuat, kalau Tuhan menerimanya, Ia bisa mengkaruniakan Sorga kepada kita.

Sebenarnya bukan karna  harga dari amal kita yang bisa menukar sorga. Sebesar apapun amal kita, sebanyak apapun yang diberikan seisi langit dan bumi sekalipun maka tidak bisa untuk membeli sorga. Sorga adalah anugerah, hadiah. Andaikan mau dibeli tidak ada amal apapun dan kekayaan apapun yang bisa untuk membelinya. 

Namun sekecil apapun kalau Tuhan menerima amal manusia, maka ia bisa memasuki sorga-Nya karena Karunia-Nya. Oleh karena itu tidak baik meremehkan amalan walaupun kelihatannya remeh.Karna siapa tau amalan kecil itu yang akan menyebabkan kita membuat-Nya tersenyum Ridho.

Seorang WTS pada cerita masa lalu dikisahkan dimasukkan Sorga Oleh-Nya karena ke-ikhlasannya memberi seteguk air pada se-ekor anjing yang sedang kehausan. Imam Besar-Al-Ghazali juga karena membiarkan se-ekor lalat yang sedang meminum tinta di ujung penanya saat ia menyusun kitab.

Jadi Sorga adalah Karunia, Hadiah, bonus spektakuler dari Tuhan Sang Maha Pemurah untuk hamba-hamba yang diridhoi-Nya dalam meniti hidup di dunia ini. Kemudian ia kembali ke hadapan-Nya dalam kondisi di ridhoi dan disambut dengan senyum-Nya karena amalan yang ikhlas dengan dosa yang sudah terhapuskan. Wallohu’alam.###
--------
Banyumas, November 23, 2006


Penulis adalah hamba Alloh yg lemah dan banyak dosa 

Untukmu Dunia

Konon ceritanya, sebelum Sang Khaliq menciptakan dunia ini, Ia memberikan sebuah intruksi penting terkait hubungannya dengan manusia sebagai salah satu mahluk yang akan ikut menjadi penghuninya.


Alloh SWT memberikan Intruksi begini : " Wahai Dunia, Layanilah orang yang Melayani-KU, dan Jadikanlah dia Pelayan orang yang Melayanimu" .

Intruksi itu terekam dalam sebuah hadist Qudsi ( ya setidaknya itulah) yang saya terima dari keterangan Simbah KH. Chalwani Nawawi saat ikut mendengarkan tausiyahnya di Pondok pesantren miliknya, PP an-Nawawi,Purworejo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.



Isi Hadits qudsi itu , jika direnungkan sesungguhnya menanting dan menakar keimanan kita semua. Apakah selama ini kita sudah ikut berpatisipasi menjadi pelayan-Nya ? dan sejauh mana?

Dan mungkin lebih banyak kita menjadi pelayan, menyibukkan diri untuk mengumpulkan hal-hal yg menyenangkan di dunia ini. Namun hati tidak pernah berbohong di hadapan Tuhan.

Semoga Kita termasuk yg akan menjadi orang selamat dan diberikan tempat untuk menjadi pelayan-Nya, di manapun dan apapun profesi yang kita miliki. Karna Sorga-Nya tidak harus mahal kita membelinya, namun Keihlasan bisa menjadi jalan menuju-Nya. Salam. ###

Bangunan Yang Runtuh


Adakalanya sebuah bangunan itu memang harus dirobohkan. Dirobohkan karna perlu perbaikan di sana-sini agar tidak membahayakan penghuninya dan orang lain.

Barangkali bangunan itu nampak megah dari luarnya, namun bisa jadi rentan ambruk karna kurang kokoh pondasinya. Maka tidak ada jalan lain kecuali harus merehab pondasi tersebut.

Ketika perombakan dilakukan, biasanya rumah atau bangunan tersebut perlu dikosongkan terlebih dahulu agar memudahkan dalam perbaikannya.

Demkian pula dalam hal membangun spiritualitas seseorang. Adakalanya bangunan megah yang sudah dimilikinya perlu untuk ditinggalkan sementara demi memperbaiki pondasi keimanan jika memang dirasa belum kuat. Mengapa, karna bisa membahayakan dirinya dan para pengikutnya .

Bagaimana hal itu bisa terjadi ? Untuk lebih lengkapnya bisa baca di tautan berikut ini: Bangunan yang Perlu Dirobohkan . ###

__ salam dari Purwokerto, Jawa Tengah__

Sekilas Thariqat ?


Thariqat dalam bahasa Indonesia artinya ialah jalan.Dalam pengetian umum di dunia tasawwuf,  Thariqat dipahami sebagai jalan menuju  Alloh SWT. Jalan yang harus ditempuh oleh sesorang yang ingin menjadi makhluq terdekat dengan Sang Pencipta, Alloh SWT. Dan Orang yang mengikuti Thariqat berarti adalah orang yang sedang menapaki jalan-jalan spiritual agar sampai/dekat/wushul kepada Alloh SWT.

Apakah untuk meniti jalan spiritual harus melalui Thariqat ? Jawabannya mungkin tidak. Akan tetapi bahwa ilmu yang sudah terpercaya sumber-sumber dan akurasi sanadnya dan diikuti oleh para Ulama Besar di seluruh dunia dari zaman ke zaman  untuk sampai pada tujuan (wushul Ila Alloh) adalah Ilmu Thariqat. 

Di dalamnya dipelajari secara detail bagimana itu thariqat dan step-step yang harus dilalui dalam sebuah perjalanan spiritual. Yang sudah memasukinya akan bisa mengatakan, betapa sulit dan rumit jalan menuju Tuhan itu.

Tentang pertanyaan apakah harus dengan Thariqat untuk sampai kepada Alloh itu , mungkin bisa saya analogikan dengan pertanyaan "apakah harus kuliah di fakultas kedokteran untuk menjadi dokter?" 

Bagaimana jawaban anda kira-kira ? atau bagimana jika pertanyaan itu diajukan kepada seorang dokter dan pemilik sekolah kedokteran.

Yang jelas secara mutlak tidak bisa dijawab harus melalui fakultas kedokteran. Namun mungkinkah bisa menjadi seorang dokter yang baik , dokter yang berkualitas  tanpa beljar di fakultas kedokteran ? 

Untuk lebih jelas tentang bagaimana menempuh jalan spiritual di dunia thariqat, silahkan membacaa tulisan saya tentang menuju perjalanan sejati  masih di halaman blog ini. Syukron.

Salam

Agus Maryono (murid Thariqat Syadziliyah dan TQN, Purwokerto).