Sabtu, 27 September 2014

Kekuatan Dzikir

"Waman a’arodho ‘an dzikry fainna lahu ma’isyatan donka”, (Thaahaa:124)
(Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku , maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit).





“Ingatlah bahwa dengan dzikir kepada Alloh, hati akan menjadi tenang”
“Dan Janganlah kamu tunjukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka , sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya .Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Thaahaa:131)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu.Kamilah yang memberi rizki kepadamu.Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Thaahaa:132)

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan . Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah yang telah mereka kerjakan”. (Hud:15-16)
Sabda Rasululloh “, Demi Alloh, bukanlah kefaqiran yang aku khawatirkan atas kalian”.

Suatu saat Shabat Umar RA , berkunjung ke rumah Rasululloh, beliau sedang berada ditempat minumnya. Terlihat oleh Umar guratan bekas tikar di punggung Rasululloh dan tidak banyak gandum yang tergantung di rumahnya. Air mata Umar mengalir di kedua pipinya , nelangsa , sesuatu yang memprihatinkan terjadi pada diri Utusan Alloh yang menjadi pemimpin dan teladan seluruh umat manusia.

Rasululloh kemudian menanyakan sekaligus menanting keimanan Umar,” Wahai Ibn Khaththab, relakah engkau jika akhirat menjadi milik kita dan dunia menjadi milik mereka ?”Mereka tentunya bagi para ahluddunya, yang hidupnya penuh kemewahan terutama para kaisar yang pada zaman Rasululloh, hidup bergelimang harta, kemewahan dan pemujaan. Karena sebelumnya Umar telah menyindir Rasul dengan sebuah uangkapan,” Wahai Rasululloh, engkau telah mengetahui pola hidup Kisra dan kaisar”,

Betapa banyak orang yang menganggap hidupnya dalam kebahagiaan dengan rizkinya yang terus berlimpah. Namun sebanyak itu pula mereka tidak sadar kekayaannya hanyalah tipuan. Mereka telah begitu memuja dan mengagungkan bahwa dianggapnya kondisi serba adanya itu merupakan kemuliaan dari Tuhan-nya.

Tidaksadarkah bahwa semua itu adalah istidroj yang melupakan dan menutupi dirinya dari Tuhan. Yang telah melenakan dan membuatnya lupa akan akhirat. Syukur hanya tinggal di bibir, namun nyatanya kemalasan beribadah semakin menjadi, semangatnya memburu harta semakin menggila walapun dengan dalih menggapai fiddunya hasanah dan filakhirati hasanah . Tidak. Itulah sebenar-benar istdroj yang menakutkan dan memilukan.

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kemi bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka.Tidak sebenarnya mereka tidak sadar”

Kemudian perhatikanlah Firman berikut ini: “Tidaklah setiap orang yang Aku lapangkan dan Aku muliakan serta aku beri nikmat, itu berarti pemuliaan-Ku untuknya. Namun , tidak pula orang yang aku sempitkan hartanya dan Aku cobai dia berarti penghinaan-Ku kepadanya”,

Dan kalau begitu masihkah anda ragu dengan ayat-ayat-Nya ? masihkah anda mengeluh dengan kekurangan dan kesempitan--itulah anggapan banyak orang—yang menggap hidupnya selalu dalam kesempitan dan kekurangan. Mengapa tidak mencoba mensyukuri nikmat-nikmat-Nya ?, yang kalau anda mencoba hendak menghitungnya pasti tidak akan mampu.

Kalau orang tua melarang anak-anaknya membeli permen , meminum es , walaupun sang anak menjerit dan meronta memintanya, apakah itu merupakan kebencian, apakah itu bukan bentuk kasih sayang yang sesungguhnya ?

Seorang tetangga dalam waktu sekejap harus mengeluarkan uang sekitar 100 juta rupiah, untuk membayar sebijih –sejenis logam –untuk menambal jantungnya yang bocor.
Bahkan tetangga satunya lagi tak disangka harus mengeluarkan uang 20 juta rupiah, untuk membayar biaya pengobatan, hanya gara-gara tidak bisa kentut.

Kenapa malas mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, dan mengapa yang terpikir hanya rasa kurangnya saja.
“Kuman di seberang lautan dikejar-kejar karena nampak jelas kelihatan, tetapi gajah di pangkuan tak dihiraukan”, .Apakah akan menunggu sang gajah menginjak leher ?

Apakah akan menunggu nyawa anda sampai di tenggorokan ? Wow, terlambat. Jangan, sadarlah, sadarlah.
“Ya Alloh, jadikanlah kami orang yang shalih , jadikanlah kami orang yang ta’at kepada-Mu, dan berilah petunjuk dan rahmat-Mu selalu kepada orang-orang yang mengharap ampunan-Mu dan kepada mereka yang mencari jalan-jalan-Mu”. Amin. ###

Tidak ada komentar: