Oleh:
Gus Mar
Seorang
teman mengatakan, bahwa amalan thoriqohnya ternyata sangat manjur untuk
mengobati suatu penyakit. Bahkan juga joss untuk sebuah permohonan, karena
pernah diminta tetangganya yang ingin menjadi perangkat desa dan dengan
wiridannya itu hajatnya terkabul dengan mudah.
Wah,
dia nampak bangga dengan apa yang telah dilakukannya itu. Tapi aku
menanggapinya dengan dingin saja. Sebagai sesama pengamal thoriqoh aku tidak
bangga sama sekali, bahkan prihatin dengan apa yang menimpa sahabatku itu.
Memang
dia mengamalkan thoriqoh yang sama denganku hanya lain guru mursyid. Dan
hasilnya memang agak berbeda. Setelah saya telusuri ternyata dia sangat jarang
bertatap muka dengan gurunya. Bahkan tidak ada jadwal rutin atau tawajuhan
bersama guru sebagaimana yang aku lakukan dengan sesama ihkwan satu mursyidku.
Di
sini terlihat menjadi sangat penting intensitas pertemuan bersama guru bagi
para pengamal thoriqoh. Mengapa ? karena segudang penghalang, segudang istidroj
siap menghadang di tengah jalan yang kadang bentuknya sangat halus. Kalau
kurang bimbingan dari guru mursyid bisa-bisa amalan thoriqohnya lambat laun
menyimpang. Beralih fungsi menjadi amalan ilmu hikmah dan kesaktian tanpa
terasa.
Memang
tidak ada salahnya mengobati orang yang sedang sakit dan membutuhkan
pertolongan, juga membantu doa terhadap sesama yang membutuhkan dengan amalan
thoriqohnya. Namun kalau itu dituruti lama-lama syaitan bisa mencuri-curi
kesempatan dari praktik tersebut. Selain itu ketulusan niat dalam berdzikir
juga bisa terganggu, apalagi bagi mereka yang tidak mendapat bimbingan intensif
dari gurunya.
Contoh
kasus, karena ternyata sembuh mengotabi suatu penyakit, tetangga lain suatu
saat akan minta bantuan yang sama dan seterusnya sehingga namanya kemudian akan
dikenal sebagai seorang penyembuh yang ampuh.
Kemungkinan
terjadi penyimpangan dari ajaran thoriqoh bisa dijelaskan sebagai berikut:
Pertama,
terlena oleh pujian orang karena doanya dikenal mujarab. Di sini keikhlasannya
didalam berdzikir terancam. Dzikirnya yang semestinya “Ilahi anta maqsudi wa
rdhoka mathlubi” menjadi terkontaminasi dengan hasrat menyembuhkan. Hanya
orang-orang yang sudah benar-benar istiqomah dan memiliki daya tahan ruhani
kuat yang bisa terhindar dari ancaman ini.
Kedua,
kalau diteruskan dan sang pelaku enjoy dalam kegiatan ini, maka dia akan lebih
dikenal sebagai penyembuh dan bisa beralih menjadi dukun bukan ahli thoriqoh
yang mengedepankan Ridho Alloh. Maka orang mendekatinya karena sebuah hajat
duniawi bukan karena urusan akhirat.
Ketiga,
Syaithon akan bertepuk tangan karena merasa ada kesempatan emas untuk
menyimpangkannya lebih jauh lagi. Contoh kasus, iblis mungkin akan membuat
suatu penyakit kepada seseorang yang sulit diobati. Dan iblis bisa saja hadir
dalam mimpi salah satu atau banyak keluarga si sakit untuk memberitakan bahwa
yang bisa menyembuhkan adalah si anu (yang sedang diperdaya amalannya). Dan
perdaya syaithan akan berhasil si sakit sembuh. Setelah menjadi tidak
ikhlas,karena semangat wiridnya untuk keberhasilannya dalam menyembuhkan dia juga terancam menjadi takkabur. Merasa
hebat, merasa doanya mujarab , merasa top yang akan diperkuat dengan
puji-pujian banyak orang.
Keempat,
syaithan pun bisa menyimpangkannya ke dalam lembah yang lebih hina dan
menyesatkan. Suatu saat akan ada pasien yang tidak bisa disembuhkan. Dan
giliran sang penyembuh yang akan didatangi iblis lewat mimpinya sendiri. Dan
itu tidak sulit bagi iblis atas orang yang sudah rusak amalan-amalannya oleh
sifat-sifat riya dan takabur.
Dalam
mimpinya iblis bisa saja menjelma sebagi sosok alim, berjubah layaknya ulama
suci seraya memberikan arahan bagaimana
caranya untuk menyembuhkan pasiennya itu. Cara-cara yang diajarkan akan mulai
dari yang halus, misalkan dengan mengajarkan satu doa dari surat-surat tertentu
untuk mengelabuhi orang yang sedang mabuk pujian ini. Pada kasus yang lain,
akan berangsur-angsur ke cara-cara yang subhat dan bahkan haram, seperti harus
diobti di kamar yang gelap, harus telanjang bulat, harus tengah malam, harus
dengan sentuhan telapak tangan.
Bisa
dibayangkan, kalau sang penyembuhnya muda, yang disembuhkan juga gadis cantik
seksi, kebetulan sakitnya ada di payu dara atau bagian tubuh sensitive lainnya.
Begitu seterusnya akan terus menyusul penyesatan-penyesatan tiada ujung.
Maka
yang terbaik ketika datang permintaan semacam itu, demi keselamatan amalan
thoriqohnya , demi lurusnya niat, demi ikhlasnya amal, demi terhindar dari
sifat-sifat riya dan takabur, lebih baik menolak segala macam permintaan
pengobatan atau hajat-hajat duniawi. Serahkan saja kepada ahlinya. Sangat
beresiko dan berbahaya akibatnya.
Kecuali
dalam kondisi darurat di mana harus melakukan pertolongan , ya tidaklah mengapa
itupun tetap dengan menjaga penuh rasa tawakal dan ridhonya. Bukan untuk
jambalan, bukan meladeninya dengan perasaan bangga.
Semoga
kita semua diselamatkan dari tipu daya syaithan yang terkutuk. Semoga kita
termasuk orang-orang yang disematkan di dunia dan akhirat. Amin. Wallohu A'alam.###
_____
Tidak ada komentar:
Posting Komentar