Selasa, 16 September 2014

Thariqat dan Kesaktian



Oleh:  Gus Mar

Seorang teman mengatakan, bahwa amalan thoriqohnya ternyata sangat manjur untuk mengobati suatu penyakit. Bahkan juga joss untuk sebuah permohonan, karena pernah diminta tetangganya yang ingin menjadi perangkat desa dan dengan wiridannya itu hajatnya terkabul dengan mudah.

Wah, dia nampak bangga dengan apa yang telah dilakukannya itu. Tapi aku menanggapinya dengan dingin saja. Sebagai sesama pengamal thoriqoh aku tidak bangga sama sekali, bahkan prihatin dengan apa yang menimpa sahabatku itu.

Memang dia mengamalkan thoriqoh yang sama denganku hanya lain guru mursyid. Dan hasilnya memang agak berbeda. Setelah saya telusuri ternyata dia sangat jarang bertatap muka dengan gurunya. Bahkan tidak ada jadwal rutin atau tawajuhan bersama guru sebagaimana yang aku lakukan dengan sesama ihkwan satu mursyidku.

Di sini terlihat menjadi sangat penting intensitas pertemuan bersama guru bagi para pengamal thoriqoh. Mengapa ? karena segudang penghalang, segudang istidroj siap menghadang di tengah jalan yang kadang bentuknya sangat halus. Kalau kurang bimbingan dari guru mursyid bisa-bisa amalan thoriqohnya lambat laun menyimpang. Beralih fungsi menjadi amalan ilmu hikmah dan kesaktian tanpa terasa.

Memang tidak ada salahnya mengobati orang yang sedang sakit dan membutuhkan pertolongan, juga membantu doa terhadap sesama yang membutuhkan dengan amalan thoriqohnya. Namun kalau itu dituruti lama-lama syaitan bisa mencuri-curi kesempatan dari praktik tersebut. Selain itu ketulusan niat dalam berdzikir juga bisa terganggu, apalagi bagi mereka yang tidak mendapat bimbingan intensif dari gurunya.

Contoh kasus, karena ternyata sembuh mengotabi suatu penyakit, tetangga lain suatu saat akan minta bantuan yang sama dan seterusnya sehingga namanya kemudian akan dikenal sebagai seorang penyembuh yang ampuh.

Kemungkinan terjadi penyimpangan dari ajaran thoriqoh bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, terlena oleh pujian orang karena doanya dikenal mujarab. Di sini keikhlasannya didalam berdzikir terancam. Dzikirnya yang semestinya “Ilahi anta maqsudi wa rdhoka mathlubi” menjadi terkontaminasi dengan hasrat menyembuhkan. Hanya orang-orang yang sudah benar-benar istiqomah dan memiliki daya tahan ruhani kuat yang bisa terhindar dari ancaman ini.

Kedua, kalau diteruskan dan sang pelaku enjoy dalam kegiatan ini, maka dia akan lebih dikenal sebagai penyembuh dan bisa beralih menjadi dukun bukan ahli thoriqoh yang mengedepankan Ridho Alloh. Maka orang mendekatinya karena sebuah hajat duniawi bukan karena urusan akhirat.

Ketiga, Syaithon akan bertepuk tangan karena merasa ada kesempatan emas untuk menyimpangkannya lebih jauh lagi. Contoh kasus, iblis mungkin akan membuat suatu penyakit kepada seseorang yang sulit diobati. Dan iblis bisa saja hadir dalam mimpi salah satu atau banyak keluarga si sakit untuk memberitakan bahwa yang bisa menyembuhkan adalah si anu (yang sedang diperdaya amalannya). Dan perdaya syaithan akan berhasil si sakit sembuh. Setelah menjadi tidak ikhlas,karena semangat wiridnya untuk keberhasilannya dalam menyembuhkan  dia juga terancam menjadi takkabur. Merasa hebat, merasa doanya mujarab , merasa top yang akan diperkuat dengan puji-pujian banyak orang.

Keempat, syaithan pun bisa menyimpangkannya ke dalam lembah yang lebih hina dan menyesatkan. Suatu saat akan ada pasien yang tidak bisa disembuhkan. Dan giliran sang penyembuh yang akan didatangi iblis lewat mimpinya sendiri. Dan itu tidak sulit bagi iblis atas orang yang sudah rusak amalan-amalannya oleh sifat-sifat riya dan  takabur.

Dalam mimpinya iblis bisa saja menjelma sebagi sosok alim, berjubah layaknya ulama suci seraya  memberikan arahan bagaimana caranya untuk menyembuhkan pasiennya itu. Cara-cara yang diajarkan akan mulai dari yang halus, misalkan dengan mengajarkan satu doa dari surat-surat tertentu untuk mengelabuhi orang yang sedang mabuk pujian ini. Pada kasus yang lain, akan berangsur-angsur ke cara-cara yang subhat dan bahkan haram, seperti harus diobti di kamar yang gelap, harus telanjang bulat, harus tengah malam, harus dengan sentuhan telapak tangan.

Bisa dibayangkan, kalau sang penyembuhnya muda, yang disembuhkan juga gadis cantik seksi, kebetulan sakitnya ada di payu dara atau bagian tubuh sensitive lainnya. Begitu seterusnya akan terus menyusul penyesatan-penyesatan tiada ujung.

Maka yang terbaik ketika datang permintaan semacam itu, demi keselamatan amalan thoriqohnya , demi lurusnya niat, demi ikhlasnya amal, demi terhindar dari sifat-sifat riya dan takabur, lebih baik menolak segala macam permintaan pengobatan atau hajat-hajat duniawi. Serahkan saja kepada ahlinya. Sangat beresiko dan berbahaya akibatnya.

Kecuali dalam kondisi darurat di mana harus melakukan pertolongan , ya tidaklah mengapa itupun tetap dengan menjaga penuh rasa tawakal dan ridhonya. Bukan untuk jambalan, bukan meladeninya dengan perasaan bangga.

Semoga kita semua diselamatkan dari tipu daya syaithan yang terkutuk. Semoga kita termasuk orang-orang yang disematkan di dunia dan akhirat. Amin.  Wallohu A'alam.###

_____ 

       



Tidak ada komentar: